BAB I
Pendahuluan
A.
Latar belakang
Generasi muda
dewasa ini menghadapi problematika moral, dikarenakan masa remaja adalah masa
di mana mereka mulai ragu terhadap kaidah-kaidah akhlak dan ketentuan agama.Dalam kehidupan sosial dikenal bentuk tata aturan yang
disebut norma. Norma dalam kehidupan sosial merupakan nilai-nilai luhur yang
menjadi tolak ukur tingkah laku sosial. Jika tingkah laku yang diperlihatkan
sesuai dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai baik dan
diterima. Sebaliknya jika tingkah laku tersebut tidak sesuai atau bertentangan
dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku dimaksud dinilai buruk dan
ditolak.Tingkah laku yang menyalahi norma yang berlaku disebut dengan tingkah
laku yang menyimpang. Penyimpangan tingkah laku ini dalam kehidupan banyak
terjadi, sehingga sering menimbulkan keresahan masyarakat. Kasus-kasus
penyimpangan tingkah laku tak jarang pula berlaku pada kehidupan manusia
sebagai makhluk individu maupun sebagai kehidupan kelompok masyarakat. Dan
dalam kehidupan masyarakat bergama penyimpangan yang demikian itu sering
terlihat dalam bentuk tingkah laku keagamaan yang menyimpang. Dengan melihat
dari latar belakang diatas, maka pemakalah akan membahas tentang tingkah laku
keagamaan yang menyimpang.
B.
Rumusan masalah
1.
Apa
pengertian agama?
2.
Apa
pengertian perilaku menyimpang?
3.
Apa
saja contoh perilaku menyimpang?
4.
Apa
hubungan antara agama dengan perilaku menyimpang?
C.
Tujuan penulisan
1.
Mengetahui
pengertian agama.
2.
Mengetahui
pengertia perilaku menyimpang.
3.
Mengetahui
contoh perilaku menyimpang.
4.
Mengetahui
hubungan antara agama dengan perilaku menyimpang.
Bab II
Pembahasan
A.
Pengertian agama
Agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sistem
yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Émile Durkheim mengatakan
bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama
semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui
rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya.[1]Menurut Fachroeddin Al-kahiri agama berasal dari
bahasa sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu A, artinya dalam bahasa
sansekerta artinya tidak, gama, artinya berantakan, yang sama artinya dengan
perkataan Griek yaitu chaos. Jadi arti kata agama ialah tidak berantakan. Jadi yang
dimaksud di sini ialah suatu peraturan yang mengatur keadaan manusia, maupun
mengenai sesuatu yang ghaib, ataupun yang mengenai budi pekerti, pergaulan
hidup bersama dan lainnya.[2]
Agama pada umumnya ialah :[3]
1.
satu
sistema credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu yang
Mutlak di luar manusia,
2.
suatu
sistema ritus (tata pribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu
3.
sauatu
Sistema norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dan tata peribadatan.
Menurut Thoules
adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia percayai sebagai
makhluk atau sebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.[4]
B.
Pengertian perilaku menyimpang
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang
diartikan sebagaitingkah laku, perbuatan,
atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma
dan hukum yang ada
di dalam masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain.
Berikut
ini beberapa definisi dari perilaku menyimpang yang dijelaskan oleh beberapa
ahli sosiologi :
Penyimpangan
sosial adalahperilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang terceladan di luar batas toleransi.
Penyimpangan
sosial adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan
menimbulkan usaha dari yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku menyimpang
tersebut.
Penyimpangan
sosial adalah setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau
masyarakat.
Penyimpangan
terhadap norma-norma
atau nilai-nilai
masyarakat disebut deviasi(deviation), sedangkan pelaku atau individu yang
melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari
perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut
dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku
sesuai dengan harapan kelompok.[5]
Menurut
Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab
penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :
1.
Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang
itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir).
2.
Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya
keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang
tidak serasi.
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan
menjadi dua, sebagai berikut:
1.
Penyimpangan bersifat positif.
Penyimpangan
bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap
sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan
memperkaya wawasan seseorang. Misalnya emansipasi wanita
dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.
2.
Penyimpangan bersifat negatif.
Penyimpangan bersifat negatif adalah
penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan
selalu mengakibatkan hal yang buruk. Bobot penyimpangan negatif didasarkan pada
kaidah sosial yang dilanggar. Pelanggaran terhadap kaidah susila dan adat
istiadat pada umumnya dinilai lebih berat dari pada pelanggaran terhadap tata
cara dan sopan santun.
C.
contoh perilaku menyimpang
1.
seks
bebas
Masalah remaja terhadap soal-soal seks, disebabkan oleh pertumbuhan
jasmani mereka. Pertumbuhan jasmani ini mencakup pertumbuhan seks, baik yang
sekunder maupun primer, yang mengubah bentuk tubuh dari anak menjadi dewasa
dengan segala ciri dan mengubah bentuk tubuh dari anak menjadi dewasa dengan
segala ciri dan tanda-tandanya. Sudah sewajarnya apabila keadaan ini
menyebabkan perhatian remaja bertambah terhadap diri mereka, yang menyebabkan
berubahnya sikap orang terhadap mereka.[6]Seks
bebas adalah perilaku pelanggaran yang melanggar system dan pranata hukum,
pranata sosial, agama, norma, dan budaya. Seks bebas adalah penyimpangan
perilaku yang dianut oleh sebagian kecil umat manusia yang berkeinginan atas
kebebasan, di mana mereka tidak ingin ada hukum yang mengikat ataupun aturan
apapun yang membuat mereka terhalangi untuk melakukan penyimpangan dalam bentuk
free seks. Perilaku ini ditentang, bukan saja karena melanggar aturan agama dan
bermasyarakat, melainkan telah menimbulkan efek negative yang merugikan banyak
orang. Seks bebas telah berdampak pada penyebaran virus HIV AIDS yang sudah
tidak terhitung jumlahnya. Seks bebas adalah pelanggaran yang harus dinafikan
segera. Islam mempunyai metode mutawatir untuk mengatasi penyimpangan perilaku
seks. Islam menganjurkan laki-laki yang memiliki kesanggupan untuk menukah.
Menikah menjamin keturunan, memelihara harta, jiwa dan raga. Menikah menjadikan
orang sehat jasmani dan rohani. Apabila seks bebas dapat menimbulkan efek
kesehatan seperti infeksi, penularan, dan penyebaran virus HIV AIDS, maka
menikah melegalisasi seks dari perilaku haram menjadi halal dan terhindar dari
penyakit kelamin yang mendera kaum penganut seks bebas.
Dalam psikologi agama perilaku seks bebas diketahui sebagai
perilaku orang-orang yang pada prinsipnya tidak memiliki kesadaran, baik
kesadaran beragama, bernorma, bersusila, ataupun berbudaya. Orang yang
beragama, akan merasa malu kepada Tuhannya, malu kepada sesamanya, dan terlebih
malu terhadap dirinya sendiri. Karena itu, perspekstif psikologi agama,
individu yang melanggar rambu-rambu
agama, merasakan seks bebas adalah perbuatan yang merugikan diri dan
orang lain. Dalam psikologi agama, pelaku seks bebas dikenali sebagai perbuatan
menyimpang yang menjadikannya hidup dalam kegalauan, kebingungan dan gangguan
mental. Perilaku seks bebas adalah kesalahn dan penyimpangan, sementara
pelakunya adalah kumpulan orang yang hidup dalam ketidakbermaknaan, kelainan
diri, dan keterasingan dalam kelompok masyarakat. Apabila realitas ini
berlanjut, maka kesehatan mental sulit diraih, bahkan perasaan spekulatif yang
menimpa dapat menjadikannya stress, psikoneorosis, dan psikis yang
berkepanjangan.[7]
2.
Agresifitas
Robert baron menyatakan bahwa agresif adalah tingkah laku individu
yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain yang tak
menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.[8]
Devinisi dari Baron ini mencakup empat masalah penting, yaitu:[9]
a.
Agresi
itu perilaku. Dengan demikian, segala aspek perilaku terdapat di dalam agresi,
misalnya : emosi
b.
Ada
unsur kesengajaan. Peristiwa tabrakan pada umumnya tidak dapat dikatakan
sebagai peristiwa agresi terlebih-lebih apabila si pengendara sudah berusaha
menghindar.
c.
Sasarannya
adalah makhluk hidup, misalnya manusia
d.
Ada
usaha menghindar dari si korban
Bebeerapa factor yang mempengaruhi agresivitas dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a.
Provokasi
Perbuatan
agresi yang disebabkan oleh adanya usaha yang sifatnya membalas sifat orang
lain.
b.
Kondisi
agresif
Kondisi
tidak menyenangkan yang basanya dihindarkan oleh seseorang, menurut Barikit
kondisi ini merupakan salah satu factor saja, adanya factor yang kurag
menyenangkan menyebabkan orang itu lalu mencoba berbuat sesuatu agar senang dan
mengubah suasana tersebut. Apabila yang menyebabkan perilaku agresif terhadap
orang yang menjadi penyebab tersebut.
c.
Isyarat
agresif
Seseorang
yang berbuat agresif karena melihat stimulus yang diasosiasikan sebagai sumber
perbuatan agresif.
d.
Kehadiran
orang lain
Terjadinya
perkelahian di antara pelajar, misalnya, saat didatangkan kelompok pelajar lain
yang menjadi rivalnya.
e.
Karakteristik
individu
Sudah
terbiasa dengan sikap agresif yang akan mempunyai kecenderungan untuk bertindak
agresivitas.
f.
Deindividualisasi
LeBon
menjelaskan bahwa orang yang berada dalam kerumunan sering merasa bebas untuk
memuaskan nalurinya yang liar dan destruktif(merusak).Hal ini terjadi karena
adanya perasaan tak terkalahkan dan anonimitas
g.
Obat-obatan
terlarang
Sudah
dapat dimaklumi bahwa obat-obatan terlarang dapat menjadi pemicu seseorang untuk
berperilaku agresif.
Perilaku agresif lebih menekan pada suatu yang
bertujuan untuk menyakiti orang lain dan secara sosial tidak dapat diterima.
Ada dua utama agresi yang saling bertentangan yakni untuk membela diri dan di
pihak lain adalah untuk meraih keuntungan dengan cara membuat lawan tidak
berdaya. Istilah kekerasan (violence) dan agresif (agresion) memiliki makna
yang hampir sama, sehingga sering kali dipertukarkan. Perilaku agresif selalu
dipersepsi sebagai kekerasan terhadap pihak yang dikenai perilaku tersebut.
Pada dasarnya perilaku agresif pada manusia adalah tindakan yang bersifat
kekerasan yang dilakukan oleh manusia terhadap sesamanya. Menurut Sadorki dan
Sadock bahaya atau pencederaan yang diakibatkan oleh perilaku agresif bisa
berupa pencederaan fisikal, namun pula bisa berupa pencederaan non fisikal atau
semisal yang terjadi akibat agresi verbal.
Dalam psikologi anak atau jenis lainnya
psikologi, agresi adalah perilaku yang didefinisikan sebagai ekspresi kemarahan
dan perilaku defensif yang ditimbulkan pada anggota spesies yang sama. Terdapat
beberapa alasan untuk agresi ingin menyakiti atau merugikan orang lain atau
menunjukkan dominasi.[10]
Beberapa cara untuk mengurangi perilaku
agresif:[11]
1.
Mengurangi tingkat frustasi
2.
Orang diajarkan untuk tidak melakukan agresi
dalam situasi tertentu. Atau dapat belajar untuk menekan agresivitasnya.
Dari beberapa definisi agresif di atas dapat
disimpulkan bahwa agresif adalah suatu ekspresi kemarahan dan perilaku
defensive yang ditimbulkan dengan tindakan kekerasan yang bertujuan untuk
menyakiti orang lain dan tidak dapat diterima secara social.
D.
Hubungan
antara agama dengan perilaku menyimpang
Setiap
agama pasti memiliki aturan atau perintah masing-masing agama yang harus di
patuhi oleh segenap pengikutnya. Dan aturan-aturan tersebut akan mempengaruhi
pada tingkah laku atau prilaku dari pengikutnya. Akan tetapi apabila dalam
menjalankan perintah atau atauran yang diberikan oleh agama dijalankan hanya
karena meggugurkan kewajiban belaka maka bisa saja prilakunya tidak sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh agama. Salah satu contohnya adalah ada orang
yang ibadahnya rajin akan tetapi mereka juga ahli maksiat atau ahli berbuat
kemunkaran.Dewasa ini pula banyak perilaku para pemeluk agama yang telah
menyimpang jauh dari esensi ajaran agama itu sendiri. Akibatnya, agama menjelma
menjadi sosok yang seram dan menakutkan. Padahal, esensi ajaran agama adalah
cinta dan kasih sayang. Saat ini kita tidak hidup di zaman perang dengan
senjata sebagai alat utama. Kita sekarang berpijak di era keterbukaan dan
demokrasi. Seharusnya, yang tampak adalah sikap saling membantu dan menebar
kedamaian.Dapat disaksikan perbedaan antara orang yang beriman
dengan ornag yang tidak beriman yang hidup menjalankan agamanya, dengan orang
yang tidak menjalankan agama atau mejalankan agama dengan cara acuh
tak acuh kepada agamanya. Pada wajah orang yang beragama terlihat ketentraman
batin, sikapnya dan perbuatannya tidak akan menyengsarakan atau mnyusahkan
orang lain, lain halnya dengan orang yang hidupnya terlepas dari ikatan agama
atau tali agama, hidupnya akan mudah terganggu oleh goncangan jiwa dan suasana.[12]
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Agama adalah
pedoman perilaku moral, maka agama adalah pemengaruh perilaku moral manusia
karena keyaqinan itu masuk ke dalam konstruksi kepribadian, Dalam pengertian
Agama merupakan pengabdian dan penyerahan, mutlak dari seorang hamba kepada
Tuhan penciptanya dengan upacara dan tingkah laku tertentu, sebagai manifestasi
ketaatan tersebut. Sedangkan perilaku menyimpang adalah perilaku yang dilakukan
seseorang yang tidak sesuai dengan norma- norma yang ada, seperti norma sosil
dan norma agama tau yang tidak sesuai dengan adat istiadat ditempat tersebut. Agama mempunyai
pengaruh yang sangat besar pada pola hidup dan tingkah laku pemeluknya, karena
agama memberikan kedamaina dan ketentraman bagi pemeluknya bila ia menjalankan
aturan tersebut dengan sesungguhnya mnejalankan dan bukan hanya karena
menggugurkan kewajiban saja.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,
http://agusria.wordpress.com/2011/03/07/perilaku-kasar-dan-melawan-agresif/, diakses tanggal 8 Desember 2013.
Anonymous, http://hadiatihadit.blogspot.com/2011/02/pengertian-perilaku-menyimpang.html, diakses
tanggal 10 Desember 2013
Daradjat,Zakiyah,Peranan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta:
PT. Gunung Aung, 1970.
Dayakisni
Hudaniah,Tri,PsikologiSosial, Malang: UMM Press, 2009.
Mahmudah,Siti,Psikologi
social: Teori dan Model Penelitian, Malang: UIN Malik Press, 2011.
O Sears.
dkk,David,Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga,T.T.
Rajab,
Khairunna, Psikologi Agama, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012.
Saifuddiin
Anshari,Endang,Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1983.
Sururin, Ilmu
Jiwa Agama, Jakarta: PT Grafindo Pustaka. 2004.
SyamsulArifin,, Bambang, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka
Setia, 2008.
[1]
Anonymous, http://id.wikipedia.org/wiki/Agama,
diakses tanggal 10 Desember 2013.
[2]
Endang Saifuddiin Anshari, Ilmu, Filsafat dan Agama, Surabaya: PT Bina Ilmu,
1983, hal. 122
[3]Ibid.
[4]
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: PT Grafindo Pustaka. 2004, hal. 4.
[5]
Anonymous, http://hadiatihadit.blogspot.com/2011/02/pengertian-perilaku-menyimpang.html,
diakses tanggal 10 Desember 2013
[6]
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2008,
hal. 237.
[7]
Khairunna Rajab, Psikologi Agama, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012,
hal 76.
[8]
Tri Dayakisni Hudaniah, PsikologiSosial, Malang: UMM Press, 2009, hal.
193.
[9]Siti
Mahmudah, Psikologi social: Teori dan Model Penelitian, Malang: UIN
Malik Press, 2011, hal. 61.
[10]Anonymous,
http://agusria.wordpress.com/2011/03/07/perilaku-kasar-dan-melawan-agresif/,
diakses tanggal 8 Desember 2013.
[11]
David O Sears. dkk, Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga,T.T, hal. 19.
[12]Zakiyah Daradjat,
Pearanan Agama Dalam Kesehatan Mental, Jakarta: PT. Gunung aung, 1970,
hal 57
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus