Kamis, 20 April 2017

MENGHORMATI PERBEDAAN


Menarik unt direnungi pernyataan Asy Syathibi tnt masalah perbedaan pendapat:
كل مسألة حدثت في الاسلام فاختلف الناس ولم يورث ذالك الإختلاف بينهم عداوة ولا بغظاء ولا فرقة علمنا أنها من مسائل الاسلام وكل مسألة طرأت فأوجبت العداوة والتنافر والتنا بز والقطيعة علمنا أنها ليست من امر الدين في شيئ ...................فإذا اختلفوا وتقاطعوا كان ذالك لحدث أحدثوه من اتباع الهوى --هذاماقالوه-- وهو ظاهر في ان الاسلام يدعو الى الألفة والتحاب والتراحم والتعاطف. فكل رأي أدى الى خلاف ذالك فخارج عن  الدين
Asy Syatibi, Al Muwafaqat fi Ushul asy-Syari'ah, (Beirut: Dar al-Ma'rifat, tt), jilid IV, hlm. 186-187.

Agama melarang unt menuding kelompok yang berbeda dg tuduhan sesat. Salah satu tujuannya krn hal tsb dpt mnimbulkn perpecahan dan ketidakharmonisan di kalangan kaum Muslim, padahal keharmonisan hubungan diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Dahulu, para ulama kita hidup rukun, penuh toleransi kendati mereka berbeda pendapat. Imam Ahmad bin Hambal misalnya, yg mnyatakn keharusan berwudhu stlh berbekam atau mimisan. Namun ketika d tanya seseorang, apakah anda akan sholat dibelakang imam yg sedang mimisan?, beliau mnjwab "Bgaimna aku tdk sholat dibelakang Imam Malik dan Said bin Al Muayyab?", yg sebagaimana kita ketahui bersama bhw Imam Malik dan Said berpendapat bhw mimisan tdk membatalkan wudhu.
Jangankan ulama yg msh hdup, yg sdh wafatpun tetap mereka hormati pendapatnya. Iman Syafi'i yg berpendapat mmbaca qunut dlm sholat subuh hukumnya sunnah muakkadah, ketika beliau sholat shubuh d dekat makamnya Imam Abu Hanifah, beliau tdk berqunut krn menghormati Imam Abu Hanifah yg berpendapat membaca qunut bknlah sunnah. Alangkah indahnya sikap yg d contohkn para ulama kita dulu.
Perbedaan pendapat ulama masa lalu tdk pernah menjadikan mereka saling tuding, apalagi saling mengkafirkan. Mereka saling menghormati dan mengakui kelebihan pihak lain. Sayangnya, kondisi yg harmonis semacam itu berangsur-angsur beralih mnjd fanatisme buta sejalan dg kemunduran peranan ilmu dlm masyrkat Islam. Hal tsb terjadi saat kemunduran dinasti Abbasiyah pd abad ke-4 H, dan terus mnerus merosot hingga tiba masa kejatuhan dinasti itu pd masa pnyerbuan Tatar abad ke-7 H. Saat itu, iklim ilmiah dan diskusi unt mncari kbenaran telah digantikn oleh fanatisme buta dan ingin menang sendiri.
Semoga kaum Muslim zaman skrg, mampu mngambil ibrah dr fakta sejarah tersebut. Mari mnyikapi perbedaan dg bijak.
Jangan mjd muslim yg 'kagetan' dg perbedaan. 

Selasa, 18 April 2017

Model Pembelajaran Berbasis Proyek


A.    Ringkasan atau poin-poin penting bahan kajian
Model pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan nilai-nilai. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja sama secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkontsruksikan produk nyata. 
Proyek mendorong siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih dari sekedar mengetahui tapi sudah sampai pada tahap menciptakan. Melalui pembelajaran berbasis proyek mahasiswa akan mengalami dan belajar  konsep konsep. Pembelajaran berbasis proyek memfokuskan pada pertanyaan atau masalah yang mendorong menjalani konsep konsep dan prinsip-prinsip. Proyek juga melibatkan mahasiswa dalam investigasi konstruktif. Investigasi ini dapat berupa desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan  masalah,
penemuan  atau  proses pembangunan model.
Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi pembelajaran  proyek. Pendapat Thomas yang dikutip Sofyan (2006: 298) menyatakan ada lima kriteria pembelajaran berbasis proyek yaitu keterpusatan (centralita), berfokus pada pertanyaan atau masalah, investigasi konstruktif atau desain, otonomi mahasiswa, dan realisme. 
Secara umum pembelajaran berbasis proyek menempuh tiga tahap yaitu perencanaan proyek, pelaksanaan proyek, dan evaluasi proyek. Kegiatan perencanaan meliputi: identifikasi masalah riil, menemukan alternatif dan merumuskan strategi pemecahan masalah, dan  melakukan perencanaan. Tahap pelaksanaan meliputi pembimbingan siswa dalam penyelesaian tugas, dalam melakukan pengujian produk (evaluasi), presentasi antar kelompok. Tahap evaluasi meliputi penilaian proses dan produk yang meliputi: kemajuan belajar proyek, proses aktual dari pemecahan masalah, kemajuan kenerja tim dan individual, buku catatan dan catatan penelitian, kontrak belajar, penggunaan  komputer, refleksi. Sedangkan penilaian produk seperti dalam hal: hasil kerja  dan presentasi, tugas-tugas non tulis, laporan proyek.

Referensi:
Nurma Izzati, Pengaruh Penerapan Model Pembelajarn Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Berfikir Kreatif Mahasiswa, Jurnal EduMa, Vol. 3, No. 1, Juli, 2014.

Sofyan, H. Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Bidang Kejuruan, Yogyakarta: LPM UNY, 2006.

B.     Pertanyaan-pertanyaan penting tentang bahan kajian
1.      Bagaimana keterkaitan antara pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, dan pembelajarn penemuan?
2.      Dalam kurikulum 2013, salah satunya disarankan untuk menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ini, apa alasannya?,
3.      Apa peran guru dalam pembelajaran berbasis proyek ini?
4.      Pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan hasil belajar dalam bentuk pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill atau psikomotor), dan sikap (attitude atau afektif), sehingga penilaiannyapun mencakup ketiga ranah ini. Bagaimana langkah evaluasi dan format penilainnya?
5.      Sebutkan contoh konkrit model pembelajaran ini dalam mata pelajaran PAI!


Selasa, 11 April 2017

Pendekatan Berbasis Masalah


A.    Ringkasan atau poin-poin penting bahan kajian
Model pembelajaran Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Pembelajaran berbasis masalah dapat ditelusuri melalui tiga aliran pemikiran pendidikan yaitu Dewey dan Kelas Demokratis: Kontruktivisme Piaget dan Vygotsky, Belajar Penemuan Brunner.
Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada penelitian John Dewey. Dewey menyampaikan pandangan bahwa sekolah seharusnya menjadi miniatur masyarakat, dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah kehidupan nyata. Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau tugas yang berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-masalah intelektual dan sosial. PBM juga dikembangkan diatas pandangan kontrutivis kognitifnya Piaget dan Vygotsky. Pandangan ini banyak didasarkan pada teorinya Piaget yang mengemukakan bahwa siswa harus aktif dalam mencari informasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Menurutnya, pengetahuan tidaklah statis, tetapi selalu berevolusi. Vygotsky juga mengemukakan bahwa perkembangan intelektual terjadi saat individu berhadapan dengan pengalaman baru. dalam memperoleh pemahaman, siswa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky mengemukakan bahwa interaksi sosial akan mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa. sedangkan Bruner berpendapat bahwa berusaha sendiri untuk memecahkan masalah dan pengetahuan lainnya akan menhasilkan pengetahuan yang lebih bermakna.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah: Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
Beberapa kelemahan pendekatan ini diantaranya: ketika siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan, dan tanpa pemahaman maka mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Referensi:

Mudlofir, Ali, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali, 2011.

Abduh, Muhammad, Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Berbagai Jenjang Pendidikan, Jurnal Shautut Tarbiyah, Vol. 23, November, 2010.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Preneda Sanjaya, 2011.


B.     Pertanyaan-pertanyaan penting tentang bahan kajian
1.      Berikan contoh konkrit, implementasi pendekatan ini dalam pembelajaran PAI !
2.      Jika dilihat dari organisasi kurikulum, pendekatan ini termasuk correlated curriculum atau integrated curriculum?, berikan argumentasinya!
3.      Bagaimana langkah evaluasi dan format penilaian pendekatan ini dalam pembelajaran?