A.
Ringkasan atau poin-poin penting bahan kajian
Model pembelajaran Problem Based
Learning atau pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah.
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta
didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar
mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier,
dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis
Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan
permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator
(guru).
Pembelajaran berbasis masalah dapat ditelusuri
melalui tiga aliran pemikiran pendidikan yaitu Dewey dan Kelas Demokratis:
Kontruktivisme Piaget dan Vygotsky, Belajar Penemuan Brunner.
Pembelajaran berbasis masalah menemukan akar intelektualnya pada
penelitian John Dewey. Dewey menyampaikan pandangan bahwa sekolah seharusnya menjadi
miniatur masyarakat, dan kelas merupakan laboratorium untuk memecahkan masalah
kehidupan nyata. Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam
proyek atau tugas yang berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki
masalah-masalah intelektual dan sosial. PBM juga dikembangkan diatas pandangan
kontrutivis kognitifnya Piaget dan Vygotsky. Pandangan ini banyak didasarkan
pada teorinya Piaget yang mengemukakan bahwa siswa harus aktif dalam mencari
informasi dan membangun pengetahuannya sendiri. Menurutnya, pengetahuan
tidaklah statis, tetapi selalu berevolusi. Vygotsky juga mengemukakan bahwa
perkembangan intelektual terjadi saat individu berhadapan dengan pengalaman
baru. dalam memperoleh pemahaman, siswa mengaitkan pengetahuan baru dengan
pengetahuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky mengemukakan bahwa interaksi
sosial akan mendorong terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa. sedangkan Bruner berpendapat bahwa berusaha sendiri untuk memecahkan
masalah dan pengetahuan lainnya akan menhasilkan pengetahuan yang lebih
bermakna.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah: Merumuskan masalah, menganalisis masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, pengujian hipotesis, dan merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
Beberapa kelemahan pendekatan ini diantaranya: ketika siswa tidak memiliki minat atau
tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba, keberhasilan strategi
pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan,
dan tanpa pemahaman maka mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
Referensi:
Mudlofir, Ali, Aplikasi
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam
Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Rajawali, 2011.
Abduh,
Muhammad, Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Berbagai Jenjang
Pendidikan, Jurnal Shautut Tarbiyah, Vol. 23, November, 2010.
Sanjaya,
Wina, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta:
Preneda Sanjaya, 2011.
B.
Pertanyaan-pertanyaan penting tentang bahan kajian
1.
Berikan
contoh konkrit, implementasi pendekatan ini dalam pembelajaran PAI !
2.
Jika
dilihat dari organisasi kurikulum, pendekatan ini termasuk correlated
curriculum atau integrated curriculum?, berikan argumentasinya!
3.
Bagaimana
langkah evaluasi dan format penilaian pendekatan ini dalam pembelajaran?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar