Kamis, 19 Oktober 2017


SORJAN PAKAIAN SUNNAH ALA YOGYAKARTA

Terkadang saya berandai-andai, jika Nabi Muhammad dilahirkan di Yogyakarta mungkin beliau mengenakan sorjan, blangkon, batik, ataupun jarik. Tetapi karena dilahirkan di Arab, maka beliau mengenakan jubah dan sorban. Menurut interpretasi saya, beliau berjubah bukan karena perintah wahyu, tetapi sbg bentuk apresiasi beliau terhadap budaya setempat. Sebagai seorang nabi, tentunya beliau punya hak untuk membuat pakaian identitas khusus umat Islam yg membedakan dg pakaian non Islam. Tetapi beliau lebih memilih menggunakan pakaian setempat daripada membuat pakaian khusus umat Islam. Padahal yg mengenakan jubah waktu itu bkn saja orang2 yg beriman kepadanya, tetapi orang2 yg memusuhi beliau seperti Abu Jahal, Abu Lahab, dll pun juga berjubah. Selain sbg bentuk apresiasi budaya, nabi mengenakan jubah karena jubah yg menjadi budaya masyarakat setempat tdklah bertentangan dg perintah Tuhan unt menutup aurat.

Sebagai orang yg hidup di Yogyakarta, saya ingin meniru cara nabi berpakaian. Tetapi yang saya tiru bukan jubahnya, melainkan apresiasi beliau trh budaya setempat. Karena budaya masyarakat Yogyakarta mengenakan sorjan, blangkon, batik, dan jarik maka sayapun meniru cara mereka berpakaian. Model berpakaian seperti ini saya niati ittiba'/mengikuti nabi, mencontoh cara beliau berpakaian dengan mengapresiasi budaya setempat. Semoga caraku berpakaian sprt ini menjadi nilai ibadah karena saya niati mengikuti sunnah nabi. Amiin

Mari ittiba' nabi dengan bersorjan, batik, blangkon, dan jarik

2 komentar: