Selasa, 07 Maret 2017

Proposal Skripsi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Dalam penulisan sejarah kebudayaan Islam hampir semua buku menuliskan tentang peperangan.[1] Hal ini dapat berdampak pada pembaca, karena dengan membaca seseorang akan membangun persepsi-persepsi dalam dirinya. Buku-buku pelajaran sejarah kebudayaan islam di sekolah juga tidak terlepas dari materi-materi tentang peperangan. Hal ini jika tidak disikapi secara bijak oleh guru dan siswa, sangat mungkin terjadi persepsi yang kurang tepat bahkan keliru. Contohnya persepsi siswa terhadap Islam, bahwa Islam meluas dengan perang untuk merebut wilayah non muslim.[2] Kekeliruan-kekeliruan persepsi terhadap materi peperangan tersebut dapat berakibat fatal pada pola pikir dan tindakan siswa, yang pada ujungnya dapat menimbulkan pemikiran dan gerakan radikalisme dalam agama.
Kekeliruan terhadap pemaknaan peperangan dalam peradaban Islam diperparah lagi dengan banyaknya buku-buku sejarah Islam yang ditulis oleh Barat, seperti Islam And The West: A Historical Cultural Survey,[3] History Of The Arabs,[4] dan sebagainya. Para penulis Kristen abad pertengahan melukiskan prajurit-prajurit Muslim dengan pedang di satu tangan dan Al Quran di tangan lainnya.[5] Islam disebut agama pedang, sebuah keyakinan yang meninggalkan spriritualitas sejati dengan menyucikan kekerasan dan tak mengenal toleransi. Ini sebuah bayangan tentang Islam yang diciptakan oleh Barat Kristen sejak abad pertengahan.[6]
Usaha untuk memahamkan dan meluruskan sejarah peradaban Islam yang sesungguhnya kepada generasi muda perlu dilakukan. Maka peran guru SKI sangat besar dan penting, karena berawal dari merekalah generasi-generasi muda sekarang dan yang akan datang (khususnya siswa-siswa di sekolah) mendapatkan informasi tentang sejarah peradaban Islam. Informasi-informasi inilah yang akan mempengaruhi perkembangan dan pola pikir siswa ke depannya. Sejarah Peradaban Islam seyogyanya harus disampaikan semenarik mungkin. Belajar sejarah bukan hanya berhenti pada menghafal tanggal, tokoh, dan tempat-tempat saja, melainkan sejarah harus mampu direkonstruksikan ke konteks zaman sekarang.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis terdorong untuk meneliti lebih lanjut bagaimana strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Penulis memilih MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta karena didasarkan pada informasi yang penulis peroleh bahwa pembelajaran SKI di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta sangat menyenangkan,[7] selain itu keaktifan siswa untuk bertanya dalam pembelajaran sangat tinggi, atau bisa dikatakan dalam pembelajaran siswa selalu kritis.[8] Hal itu juga berlaku ketika sedang membahas materi tentang peperangan. Pertanyaan-pertanyaan siswa yang kritis seperti ini harus dibarengi dengan jawaban guru yang cerdas agar pemahaman siswa terhadap materi tidak keliru. Di sinilah perlu perekonstruksian materi pembelajaran, dalam hal ini materi tentang peperangan dalam peradaban Islam ke konteks zaman sekarang. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana strategi guru SKI dalam menyampaikan dan merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam secara menarik di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.

B.     Rumusan Masalah  
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.    Mengapa guru Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan materi tentang peperangan dalam peradaban Islam dengan strategi yang menarik di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta?
2.    Bagaimana cara guru Sejarah Kebudayaan Islam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta?
3.    Apa dampak bagi siswa ketika guru menyampaikan materi tentang peperangan dalam peradaban Islam dengan strategi yang menarik di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta?

C.    Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.    Tujuan
a.       Untuk mengetahui alasan guru Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan materi tentang peperangan dalam peradaban Islam dengan strategi yang menarik di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
b.      Untuk mengetahui cara guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
c.       Untuk mengetahui dampak bagi siswa ketika guru Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan materi tentang peperangan dalam peradaban Islam dengan strategi yang menarik di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
2.    Kegunaan Penelitian
a.       Secara Teoritik
Diharapkan penelitian ini dapat menambah dan memperkaya khazanah keilmuan bagi dunia pendidikan, khususnya tentang strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam ke konteks kekinian.
b.      Secara Praktis
1)      Bagi penulis, untuk memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian tentang permasalahan yang terjadi. Dalam hal ini tentang strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam.
2)      Bagi sekolah, untuk memberikan masukan tentang strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan kedepannya.
3)      Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk memudahkan penelitian selanjutnya tentang strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam.

D.    Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran yang penulis lakukan, penelitian penulis yang berjudul strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam belum ada yang mengkajinya. Namun penulis menemukan beberapa karya berbentuk skripsi yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, antara lain:
1.      Skripsi yang disusun oleh Aini Qolbiyati,[9] jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012, yang berjudul Keterampilan Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran Di Madrasah Tsanawiyah Sunan Kalijaga Serut, Gedangsari, Gunungkidul. Skripsi ini membahas tentang proses dan variasi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang dilakukan oleh guru SKI di MTs Sunan Kalijaga Serut, Gedangsari, Gunungkidul. Hasil penelitiannya adalah: 1). Dalam pembelajaran SKI di MTs Sunan Kalijaga, guru SKI telah menyelenggarakannya dengan memulai pembelajaran, mengelola kegiatan pembelajaran, mengorganisasi waktu, siswa dan fasilitas belajar, melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, serta mengakhiri pembelajaran. Secara keseluruhan guru tersebut sudah mampu menyelenggarakan proses belajar mengajar sesuai dengan beberapa indikator yang telah ditentukan. 2). Guru SKI di MTs Sunan Kalijaga telah mengadakan variasi gaya mengajar pada setiap pembelajaran yang diselenggarakannya. Sedangkan pada variasi media dan pola interaksi kegiatan siswa, guru tidak selalu mengadakannya dalam pembelajaran yang diselenggarakannya. Variasi gaya mengajar yang diadakan kurang maksimal dalam hal kesenyapan atau kebisingan.
Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian tersebut adalah penulis fokus pada materi pembelajarannya saja, khususnya materi tentang peperangan, sedangkan pada penelitian tersebut lebih luas dan kompleks, yaitu membahas tentang gaya mengajar guru, media, dan pola interaksi siswa pada pembelajaran SKI secara global.
2.      Skripsi yang disusun oleh Uni Khulsum,[10] jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2014, yang berjudul Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah Al Huda Karangnongko Sleman. Skripsi ini membahas tentang proses pembelajaran SKI, berbagai upaya dan kendala yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar SKI siswa Kelas V MI Al Huda Karangnongko Sleman. Hasilnya adalah: 1). Proses pembelajaran sudah berjalan dengan baik, sebelum mengajar, guru sudah membuat silabus dan RPP terlebih dahulu. 2). Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar diantaranya: menjelaskan tujuan belajar, membangkitkan minat siswa, menggunakan metode yang bervariasi, menciptakan suasana senang dan nyaman belajar SKI, serta menumbuhkan dan mengembangkan perasaan ingin tahu siswa. 3). Kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa: kurangnya waktu, kemampuan siswa yang berbeda-beda, masih adanya siswa yang tidak mengerjakan PR, dsb.
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada pendekatan penelitian, pada penelitian tersebut menggunakan pendekatan psikologis, artinya pendekatan yang meliputi aspek kejiwaan siswa yang berkaitan dengan motivasi, sedangkan pendekatan yang penulis lakukan adalah pendekatan etnografis.
3.      Skripsi yang disusun oleh Fajar Itsnaini,[11] jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2009, yang berjudul Upaya Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Melalui Strategi Catatan Terbimbing Dan Bermain Jawaban Kelas VIIB Di Masrasah Tsanawiyah Ma’had Islamy Banguntapan Bantul. Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pembelajaran SKI, keefektifan strategi catatan terbimbing dan bermain jawaban di Kelas VIIB Di Masrasah Tsanawiyah Ma’had Islamy Banguntapan Bantul. Hasilnya adanya peningkat guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, adanya peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas pembelajaran SKI adalah: a). faktor guru, meliputi kemampuan perencanaan dan proses pembelajaran. b). Faktor siswa, meliputi latar belakang keluarga, lingkungan, dan intensitas belajar siswa. c). Faktor lingkungan belajar, meliputi interaksi antar guru, interaksi antara guru dan siswa dan interaksi antar siswa.
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah, skripsi ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian penulis termasuk kualitatif. Penelitian tersebut hanya fokus pada satu strategi saja, sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih luas lagi yaitu berbagai strategi yang digunakan oleh guru SKI.
4.      Skripsi yang disusun oleh Nur Rohmah,[12] jurusan Pendidikan Guru MI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2011, yang berjudul Penerapan Strategi Puzzle Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IV MI Islamiyah Paren Ketangi Kaliangkrik Magelang. Skripsi ini membahas tentang penerapan strategi puzzle dalam pembelajaran SKI untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa. Hasilnya dengan penerapan strategi puzzle motivasi siswa pada siklus I sebesar 82.27% dan pada siklus II naik menjadi 84.17%. Sedangkan untuk aspek keaktifan siswa juga mengalami peningkatan dari 60.84% pada siklus I menjadi 73.84%.
Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian tersebut adalah pada jenis dan pendekatan penelitiannya. Penelitian tersebut termasuk penelitian tindakan kelas, bentuk penelitiannya kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dengan guru. Pendekatan yang digunakan pendekatan psikologis. Sedangkan penelitian yang penulis lakukan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografis. Penelitian tersebut fokus pada keefektifan strategi puzzle terhadap motivasi dan keaktifan siswa, sedangkan penelitian penulis lebih kompleks dari itu, bukan hanya fokus pada satu strategi saja, melainkan beberapa strategi yang digunakan guru.   
Dari empat penelitian yang sudah pernah dilakukan di atas, terlihat jelas bahwa fokus pembahasan penelitian tersebut berbeda dengan fokus pembahasan pada penelitian yang penulis lakukan. Fokus pembahasan  penelitian yang penulis lakukan adalah pada strategi guru SKI dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta dan dampak bagi siswa ketika guru menyampaikan materi tentang peperangan dalam peradaban Islam dengan cara yang menarik di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
E.     Landasan Teori
1.      Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam
Sejarah adalah catatan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup luas. Dalam pengertian sederhana, sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia.[13]
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.[14]
Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau, mulai dari dakwah Nabi  Muhammad pada periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan  umat setelah Rasulullah SAW wafat, sampai perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650-1250 M, abad pertengahan/ zaman kemunduran (1250-1800 M), dan masa modern/ zaman kebangkitan (1800-sekarang), serta perkembangan Islam di  Indonesia dan di dunia. Secara substansial mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.[15]
Fungsi dasar mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:[16]
a.    Fungsi edukatif
Sejarah menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
b.   Fungsi keilmuan
Melalui sejarah peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan kebudayaannya.
c.    Fungsi transformasi
Sejarah   merupakan   salah   satu   sumber   yang   sangat   penting   dalam merancang transformasi masyarakat.

Pendekatan dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:[17]
a.    Keimanan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya tuhan sebagai sumber kehidupan makhluk hidup di jagat raya ini.
b.   Pengalaman, memberikan peluang kepada peserta didik untuk mepraktekkan dan merasakan hasil-hasil pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah kehidupan
c.    Pembiasaan, memberikan peluang kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang sesuai dengan ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi kehidupan
d.   Rasional, usaha memberikan peranan rasio (akal) siswa dalam memahami dan membedakan berbagai bahan dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk dalam kehidupan duniawi
e.    Emosional, upaya menggugah perasaan (emosi) siswa dalam menghayatiperilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa
f.    Fungsional, menyajikan bentuk semua standar materi (Al-qur’an, Hadist, Keimanan, Akhlak, Fiqih, Tarikh), dari segi manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam arti luas
g.   Keteladanan, yaitu menjadikan fitur guru agama dan nonagama serta petugas madrasah lainya maupun orang tua siswa, sebagai cermin manusia berkepribadian agama.

2.      Model Pembelajaran SKI
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.[18]
Sebelum menentukan metode yang akan digunakan, guru terlebih dahulu harus mengetahui tujuan pembelajaran SKI di Madrasah Aliyah. Mata  pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar  peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:[19]
a.      Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.
b.      Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.
c.      Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d.     Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e.      Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ‘ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, IPTEK, seni, dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.

Banyak sekali model pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran, di antaranya:
a.       Model pembelajaran inkuiri
Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis, untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.[20] Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran; sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Model pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana ilmu pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir.
Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri:[21]
1)   Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran yaitu guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
2)   Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu masalah atau persoalan yang mengandung teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji karena masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya pengembangan mental melalui proses berpikir.
3)   Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji dan perlu diuji kebenarannya. Potensi berpikir siswa dimulai dari kemampuan setiap individu untuk menebak atau menduga-duga (berhipotesis) dari suatu masalah. Untuk mengembangkan kemampuan menebak pada diri anak, guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan yang mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara (hipotesis). Perkiraan sebagian hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang kokoh yang bersifat rasional dan logis.
4)   Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menyaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5)   Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan, menguji hipotesis berarti juga mengembangkan kemampuan berpikir rasional yaitu kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
6)      Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.

b.      Model pembelajaran konstruktivisme
Model pembelajaran kontruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Situasi konflik atau anomali yang membuat orang dipaksa untuk berfikir lebih mendalam, serta situasi yang menuntut orang untuk membela diri dan menjelaskan lebih rinci, akan mengembangkan pengetahuan seseorang.[22]
Pengetahuan merupakan hasil konstruksi dari orang yang sedang belajar, maksudnya setiap orang membentuk pengetahuannya sendiri. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada di sana dan tinggal mengambilnya, tetapi merupakan suatu bentukan terus-menerus dari orang  yang belajar dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya pemahaman yang baru.[23]
Langkah-langkah model pembelajaran konstruktivisme:
1)   Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang konsep itu.
2)   Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok didiskusikan dengan kelompok lain. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya.
3)   Siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang konsepnya.
4)   Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungannya.
c.       Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen,[24]sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama antara peserta didik itu sendiri.
Tujuan pembelajaran kooperatif diantaranya adalah:
1)      Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
2)      Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
3)      Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagi tugas, aktif brtanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif:[25]
1)      Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2)      Menyampaikan informasi
3)      Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
4)      Membimbing kelompok bekerja dan belajar
5)      Evaluasi
6)      Memberikan penghargaan

d.      Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.[26]
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator (guru).
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah:[27]
a.    Merumuskan masalah
b.    Menganalisis masalah
c.    Merumuskan hipotesis
d.   Mengumpulkan data
e.    Pengujian hipotesis
f.     Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
e.       Model Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran Project Based Learning atau pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.[28]
Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang komperehensif di mana lingkungan belajar siswa perlu didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik, termasuk pendalaman materi pada suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Biasanya pembelajaran berbasis proyek memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi.
Langkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai berikut:
a.       Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek
b.      Mendesain perencanaan proyek, menyusun perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
c.       Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek.
d.      Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
e.       Menguji hasil, fakta dan data dihubungkan dengan berbagai data lain.
f.       Mengevaluasi kegiatan/pengalaman, mengevaluasi kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain. 

3.      Indikator Pembelajaran Menarik dan Menyenangkan
Ada sejumlah kriteria, pembelajaran dikatakan menarik dan menyenangkan, diantaranya yaitu:[29]
1.      Novelty, artinya suatu pesan akan bermakna apabila ia bersifat baru atau mutakhir. Pesan yang usang atau sudah terlalu diketahui siswa akan mempengaruhi rendahnya motivasi siswa itu sendiri terhadap pembelajaran. Dalam konteks materi pembelajaran SKI, materi pembelajaran harus selalu up to date dengan wacana kesejarahan saat ini. Penjabaran materi SKI yang terlalu banyak menyuguhkan tanggal dan tahun menjadi tidak up to date ketika standar isi dan standar kompetensi lulusan mata pelajaran SKI berupa ibrah atau meneladani dan mengapresiasi keberhasailan aktor sejarah untuk kemajuan peradaban masa kini dan masa mendatang.
2.      Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan pengalaman siswa. Pesan yang terlalu jauh dari pengalaman siswa cenderung kurang mereka perhatikan. Bagaimana dengan materi SKI yang penuh dengan cerita masa lalu? Supaya tidak terlalu jauh dari pengalaman siswa, dalam materi pembelajaran SKI, peristiwa historis perlu didekatkan dengan visualisasi yang menarik dan kongkrit.
3.      Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga menggugah emosi. Dalam SKI materi bisa dikemas untuk menggugah emosi. Rubrik-rubrik cerita yang inspiratif bisa dijadikan contoh dalam hal ini.
4.      Humor, artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas dengan tampilan yang lucu untuk menarik perhatian siswa. Dalam konteks ini materi SKI bisa saja dikemas berbentuk komik yang menarik dan edukatif. Siswa senang membaca komik. Hanya sayangnya belum tersedia komik SKI yang representative untuk mewujudkan materi yang menarik ini.

4.      Strategi Merekonstruksi Materi SKI
Rekonstruksi peradaban berarti membangun kembali peradaban Islam dalam pengertian, bahwa Islam bukan hanya dipandang sebagai agama saja, atau pun sistem etika dan politik saja, tapi Islam sebagai peradaban. Pengertian Islam sebagai peradaban bukan dengan melihat Islam sebagai peradaban historik sebagaimana yang dilakukan sebagian umat Islam sebagai romantisme, tetapi sebagai peradaban kontemporer, bahkan peradaban masa depan.[30] Langkah merekonstruksi materi SKI diantaranya:[31]
a.       Konstruktivisme, siswa diminta mengkaji permasalahan sosial yang sedang terjadi dan mencari landasan teks yang mendukungnya.
b.      Bertanya, setelah siswa mampu mengkonstruksi pemahamannya lewat pemahaman teks, guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya.
c.       Inkuiri, siswa didorong untuk mampu merumuskan masalah.
d.      Masyarakat belajar, siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dengan kelompok tersebut akan terjadi interaksi antar siswa maupun siswa dengan guru.
e.       Modeling, guru bukan satu-satunya model , karena model dapat dirancang dengan melibatkan siswa sendiri.
f.       Merefleksi.

5.      Materi Peperangan di Madrasah Aliyah
Materi-materi peperangan dalam peradaban Islam di Madrasah Aliyah diantaranya adalah:
a.       Perang Badar (17 Ramadan 2 H / 623 H)
Perang Badar terjadi di Lembah Badar, 125 km selatan Madinah. Perang Badar merupakan puncak pertikaian antara kaum muslim Madinah dan musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini disebabkan oleh tindakan pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang dilakukan oleh musyrikin Quraisy. Selanjutnya kaum Quraisy terus menerus berupaya menghancurkan kaum muslim agar perniagaan dan sesembahan mereka terjamin. Dalam peperangan ini kaum muslim memenangkan pertempuran dengan gemilang.
b.      Perang Uhud (3 H / 624 M)
Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud. Perang Uhud dilatarbelakangi kekalahan kaum Quraisy pada Perang Badar sehingga timbul keinginan untuk membalas dendam kepada kaum muslim. Perang Uhud dimulai dengan perang tanding yang dimenangkan tentara Islam tetapi kemenangan tersebut digagalkan oleh godaan harta, yakni prajurit Islam sibut memungut harta rampasan. Pasukan Khalid bin Walid memanfaatkan keadaan ini dan menyerang balik tentara Islam. Tentara Islam menjadi terjepit dan porak-poranda. Nabi SAW terkena lemparan batu dan tak sadarkan diri, kemudian tersiar kabar burung bahwa Nabi telah meninggal. Kemudian pasukan kafir pulang karena merasa telah puas membalas kekalahan mereka pada perang Badar.[32]
c.       Perang Khandaq (Syawal 5 H)
Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian utara. Perang ini juga dikenal sebagai Perang Ahzab (Perang Gabungan). Perang Khandaq melibatkan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi Muhammad SAW. Salman al-Farisi, sahabat Nabi SAW yang mempunyai banyak pengalaman tentang seluk beluk perang, mengusulkan untuk membangun sistem pertahanan parit (Khandaq). Ia menyarankan agar menggali parit di perbatasan kota Madinah, dengan demikian gerakan pasukan musuh akan terhambat oleh parit tersebut.[33] Usaha ini ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.
d.      Perang Mu’tah (8 H / 629 M)
Perang ini terjadi karena Haris al-Ghassani raja Hirah, menolak penyampaian wahyu dan ajakan masuk Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Penolakan ini disampaikan dengan cara membunuh utusan Nabi SAW.[34] Nabi SAW kemudian mengirimkan pasukan perang di bawah pimpinan Zaid bin Harisah.
e.       Penaklukan Kota Mekah/Fath al-Makkah (8 H/ 629 M)
Fath al-Makkah terjadi di sekitar kota Mekah. Latar belakang peristiwa ini adalah adanya anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum muslim telah hancur akibat kalah perang di Mu’tah. Kaum Quraisy beranggapan Perjanjian Hudaibiyah (6 H) tidak penting lagi, maka mereka mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza’ah yang berada dibawa perlindungan kaum muslim. Nabi Muhammad SAW segera memerintahkan pasukan muslimin untuk menghukum kaum Quraisy. Pasukan muslimin tidak mendapat perlawanan yang berarti, kecuali dari kaum Quraisy yang dipimpin Ikrimah dan Safwan. Berhala di kota Mekah dihancurkan dan akhirnya banyak kaum Quraisy masuk Islam.
f.       Perang Hunain (8 H/ 629 M)
Perang Hunain berlangsung antara kaum muslim melawan kaum Quraisy yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, Bani Nasr dan Bani Jusyam. Perang ini terjadi di Lembah Hunain, sekitar 70 km dari Mekah. Perang Hunain merupakan balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fath al-Makkah. Pada awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan Islam sehingga banyak pasukan Islam yang gugur. Nabi SAW kemudian menyemangati pasukannya dan memimpin langsung peperangan. Pasukan muslim akhirnya dapat memenangkan pertempuran tersebut.
g.      Perang Tha’if (8 H / 629 M)
Pasukan muslim mengejar sisa pasukan Quraisy, yang melarikan diri dari Hunain, sampai di kota Tha’if. Pasukan Quraisy bersembunyi dalam benteng kota yang kokoh sehingga pasukan muslimin tidak dapat menembus benteng. Nabi Muhammad SAW mengubah taktik perangnya dengan memblokade seluruh wilayah Tha’if. Pasukan muslimin kemudian membakar ladang anggur yang merupakan sumber daya alam utama penduduk Tha’if. Penduduk Tha’if pada akhirnya menyerah dan menyatakan bergabung dengan pasukan Islam.
h.      Perang Yarmuk (13 H/634 M)
Tatkala Umar memangku khilafah, kaum muslimin (berjumlah 24.000) berada di bawah panglima perang Khalid bin Walid sedang berperang melawan pasukan Romawi (lebih dari 200.000 personel). Meletuslah peperangan yang demikian sengit dimana Alloh menggoyangkan pasukan musuh dan kafir. Orang-orang Romawi melarikan diri dan dikejar oleh kaum muslimin. Mereka bethasil memperoleh rampasan perang dalam jumlah besar pada perang ini.[35]
i.        Perang Dzatus Sawari (31 H/ 651 M)
Perang ini merupakan perang laut pertama kali yang dilakukan pertama kali oleh kaum muslimin. Di masa pemerintah Utsman, kaum muslimin telah memiliki pasukan laut. Pasukan Islam berhadapan dengan pasukan Romawi di Pantai Kilikiya. Pasukan Islam dipimpin oleh Abdullah bin Abu Sarah yang diutus oleh Muawiyah bin Abi Sufyan. Pasukan Romawi mengalami kekalahan telak, panglimanya yang bernama Kaisar Konstantin terbunuh.
j.        Perang Jamal (36 H/ 656 M)
Muawiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Syam, tidak membaiat Ali sebagai khalifah. Dia menuntut darah Utsman pada Ali. Sedangkan Ali tidak menjadikan masalah ini sebagai prioritas karena kondisinya yang masih sangat labil. Oleh karenanya orang-orang Syam tidak taat lagi pada kekhilafahan Ali dan Muawiyah menyatakan memisahkan diri dari kekhilafahannya. Maka Ali segera menetapkan untuk memeranginya.[36]
k.      Perang Shiffin (37 H/ 657 M)
Perang ini terjadi antara Ali dan Muawiyah. Delegasi yang diutus antara Ali dan Muawiyah semuanya tidak menghasilkan apa-apa hingga akhirnya keduanya menempatkan pasukannya di Shiffin. Perangpun segera berkecamuk dan banyak yang terbunuh di kedua belah pihak. Hampir saja Ali menang dalam peperangan ini.
l.        Perang Nahrawand (38 H/ 658 M)
Khawarij adalah pasukan yang berada di pihak Ali bin Abi Thalib. Mereka malah melakukan pemberontakan kepada Ali setelah terjadinya arbitrase dan mencopotnya dari kekuasaannya dengan alas an bahwa ia menerima tahkim. Anehnya kebanyakan dari mereka telah mendesak Ali untuk menerima tahkim itu. Namun setelah itu meminta kepada Ali untuk memerangi Muawiyah kembali. Tentu saja Ali menolak permintaan mereka dan merekapun menyingkir ke kawasan Harura dan terus melancarkan perang.
m.    Perang Zab (132 H/ 749 M)
Saffah memberangkatkan pasukannya untuk memerangi Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah yang saat itu bersama dengan tentaranya berada di Zab, sebuah kawasan dekat Mosul. Marwan dikalahkan dalam perang ini dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain hingga akhirnya berhasil dibunuh oleh pasukan Abbasiyah pada tahun 132 H/ 749 M. Dengan demikian, semua wilayah pemerintahan berada di bawah kendali Bani Abbasiyah kecuali Andalusia.[37]
n.      Perang Salib (491-692 H/ 1097-1292 M)
Perang Salib adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim. Serangan ke Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13 dengan tujuan untuk merebut tanah suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan Kerajaan Latin di Timur.[38]
Kekalahan tentara Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam. Kebencian itu bertambah setelah Dinasti Saljuk yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh karena itu pada tahun 1095, Paus Urbanus II menyerukan kepada umat Kristen Eropa untuk melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang Salib yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau periode telah banyak menelan korban dan menguasai beberapa wilayah Islam. Setelah melakukan peperangan antara tahun 1097-1124 mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa, Baitul Maqdis, Akka, Tripoli dan kota Tyre.[39]
o.      Perang Hittin (583 H/ 1187 M)
Perang ini merupakan salah satu perang yang paling masyhur dalam sejarah dunia. Perang ini dilakukan untuk mengambil kembali Baitul Maqdis yang telah dikuasasi oleh orang-orang Kristen Eropa tahun 492 H/ 1099 M. Perang ini dipimpin oleh Shalahuddin Al Ayyubi, salah satu panglima dan pahlawan Islam terbesar sepanjang sejarah. Dia berhasil mengembalikan Baitul Maqdis dari tangan Kristen Eropa.
p.      Penaklukan Konstantinopel (857 H/ 1453 M)
Konstantinopel adalah ibukota Kekaisaran Byzantium. Kota yang memiliki peradaban hebat pada masanya. Penaklukan ini merupakan salah satu penaklukan terbesar yang dilakukan kaum muslim, setelah 8 abad kaum muslimin gagal untuk menaklukan kota tersebut. Dan akhirnya berhasil di taklukan kaum muslim dibawah panglima perang Muhammad Al Fatih.

F.     Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi.[40]
1.      Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif (qualitative research). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Deskripsi ini digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada kesimpulan. Metode penelitian ini merupakan metode penelitian lapangan (field research). Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian lapangan, maka pengumpulan datanya merupakan telaah atau kajian terhadap observasi, wawancara, dan dokumen yang berupa data sekunder yang kemudian dianalisis teori yang ada.[41]
2.      Penentuan Sumber Data
Sumber data adalah tempat memperoleh keterangan. Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang akan dimintai informasinya tentang objek yang akan diteliti. Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut dianggap sebagai penguasa sehingga akan mempermudah peneliti menjelajahi objek yang diteliti.[42] Dalam penelitian ini, adapun yang dijadikan sebagai informan adalah:
a.    3 guru SKI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
b.    Siswa kelas X dan XI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Sumber data di atas digunakan penulis sebagai sumber jawaban atas pokok persoalan atau objek penelitian yang akan diteliti atau dianalisa. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam. Lokasi yang dijadikan penulis untuk melakukan penelitian adalah MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
3.      Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini, maka digunakan metode-metode sebagai berikut:
a.    Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian.[43] Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi pasif yaitu peneliti ikut hadir dalam kegiatan, akan tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.[44] Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran serta membuktikan data hasil wawancara dengan realita terkait bagaimana strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Dengan observasi partisipan ini maka data yang akan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai dengan mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Hasil observasi dituangkan dalam lembar catatan lapangan.
b.    Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung maupun tidak langsung.[45] Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.[46]
Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan informasi secara langsung dari guru Sejarah Kebudayaan Islam terkait dengan cara perekonstruksian materi tentang peperangan dalam peradaban Islam, alasan guru menyampaikan materi peperangan dengan strategi yang menarik, serta dampak penerapan strategi yang menarik tersebut terhadap siswa. Selain itu, metode ini juga untuk mencari data dari siswa terkait strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam Peradaban Islam. Adapun yang dijadikan sebagai informan adalah:
a.    3 guru SKI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Tabel 1
Nama Informan dari Guru

No
Nama Guru
Mengajar Kelas
1.
Ahmad Fauzi, S.Th.I
X
2.
Drs. Marwan Hamid
XI
3.
Ridwanul Mustofa, M.S.I
XII

b.    3 siswa kelas X dan 4 siswa kelas XI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Tabel 2
Nama Informan dari Siswa

No
Nama Siswa
Kelas
1.
Akhmad Sobri Zaeni
X IPS A
2.
Krisna Satria
X IPS A
3.
Akhmad Alfan Nur Huda
X IPS A

c.    Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.[47]
Dokumentasi yang penulis lakukan adalah dokumentasi sumber belajar, materi, silabus, dan RPP. Selain itu juga dokumentasi dari madrasah terkait data guru, kurikulum, dsb. Dengan metode ini penulis memperoleh data-data mengenai gambaran umum MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, gambaran kegiatan pembelajaran kelas, silabus, dan RPP SKI.
d.   Triangulasi Data
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah diperoleh. Penggunaan triangulasi yang dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, atau mengecek data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi yang akan digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai melalui:
1)   Membandingkan data hasil pengamatan/ observasi dengan hasil wawancara.
2)   Membandingkan apa yang dikatakan guru di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3)   Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain.
4)   Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.[48]
4.      Metode Analisis Data
Adapun analisis data kualitatif yang penulis gunakan adalah seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, yaitu meliputi empat kegiatan utama, yaitu:
1)   Pengumpulan data
Untuk pengambilan data dari lapangan yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2)   Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.[49]
3)   Penyajian Data (Data Display)
Merupakan penyajian sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.[50] Dimana semua data di lapangan yang berupa dokumen hasil wawancara memunculkan deskripsi tentang permasalahan yang diteliti.
4)   Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Penarikan kesimpulan dalam pandangan ini merupakan kegiatan penggambaran yang utuh dari objek yang diteliti atau konfigurasi yang utuh dari objek penelitian. Proses penarikan kesimpulan didasarkan pada gabungan informasi yang tersusun dalam bentuk penyajian data tersebut. Penulis dapat melihat apa yang ditelitinya dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai objek penelitian.[51]
G.    Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan di dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman judul, halam surat pernyataan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Bagian ini merupakan persyaratan admisintrasi dalam sebuah laporan penelitian atau skripsi. Bagian ini memberikan gambaran umum penelitian yang penulis lakukan, dan juga lebih memudahkan pembaca untuk membaca dan memahami penelitian yang penulis lakukan.
Bagian tengah merupakan isi dari skripsi ini. Pada bagian ini terdiri dari empat bab yang berisi sebagai berikut:
Bab I adalah pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka yang terdiri dari telaah pustaka dan landasan teori, metode penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab ini menjelaskan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan.
Bab II berisi tentang letak geografis, sejarah berdirinya, proses perkembangan, visi, misi, motto, tujuan sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, siswa, kurikulum, serta sarana dan prasarana yang ada di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Data-data tersebut sangat membantu penulis untuk pertimbangan analisis pada bab III.
Bab III berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, dan dampak bagi siswa ketika guru Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan materi tentang peperangan dalam peradaban Islam dengan strategi yang menarik. Bab ini merupakan analisis dari data yang telah penulis kumpulkan dengan disertai pertimbangan berbagai teori dan metodologi yang telah dijelaskan dalam bab I dan berbagai data tentang gambaran sekolah pada bab II.
Bab IV penutup yang meliputi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, disertai saran dan kata penutup. Pada bab terakhir ini disajikan secara ringkas hasil analisis yang telah dibahas secara detail pada bab III.
Bagian terakhir berisi tentang perlengkapan dalam skripsi ini. Bagian ini berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.



[1]Al Waqidi, Kitab Al Maghazi Muhammad: Sumber Sejarah Paling Tua Tentang Kisah Hidup Rasulullah, (Jakarta: Zaytuna, 2012); W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, terj: Hartono Hadikusumo, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990).
[2] Hasil wawancara dengan Nilna Fauziyah, siswa kelas XI IPA B MA Ali Maksum Krapyak Yogykarta pada Hari Selasa, 1 Maret 2016 pukul 11.45 WIB.
[3] Philip K. Hitti, Islam And The West: A Historical Cultural Survey, terj: H.M.J. Irawan, (Bandung: Sinar Baru, 1984).
[4] Philip K. Hitti, History Of The Arabs, terj: Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008).
[5] Akbar S. Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam: Di Tengah Pluralitas Agama dan Peradaban, terj: Amru Nst, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003), hlm. 90.
[6] Karen Armstrong, Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis, terj: Sirikit Syah, (Surabaya: Risalah Gusti, 2011), hlm. 231.
[7] Laila Sangadah, “Laporan Observasi SKI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta”, dalam  http://leyla09-leylasaadah.blogspot.co.id/2012/01/laporan-observasi-ski.html, diakses tanggal 28 Februari 2016.
[8] Hasil wawancara dengan Bpk. Ahmad Fauzi, S.Th.I, salah satu guru SKI di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta pada Hari Selasa, 1 Maret 2016 pukul 11.15 WIB.
[9] Aini Qolbiyati, “Keterampilan Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran di MTs Sunan Kalijaga Serut, Gedangsari, Gunungkidul”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.
[10] Uni Khulsum, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Intidaiyah Al Huda Karangnongko Sleman”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
[11] Fajar Itsnaini, “Upaya Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Melalui Strategi Catatan Terbimbing Dan Bermain Jawaban Kelas VIIB Di Masrasah Tsanawiyah Ma’had Islamy Banguntapan Bantul”. Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
[12] Nur Rohmah, “Penerapan Strategi Puzzle Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IV MI Islamiyah Paren Ketangi Kaliangkrik Magelang”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
[13] Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 3
[14] Lampiran PMA No 165 tahun 2014, hlm. 37.
[15] Ibid., hlm. 51.
[16] Departemen Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Departemen Pendidikan Agama RI, 2004), hlm. 2.
[17] Ibid., hlm. 7.
[18] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta, Kencana: 2011), hlm 22.
[19] Lampiran PMA No 165 tahun 2014, hlm. 51.
[20] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 195.
[21] Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter: Kontruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 104.
[22] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2013), hlm. 115.
[23] Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter…, hlm. 161.
[24] Abdul Majid, Strategi Pembelajaran…, hlm. 174.
[25] Ibid., hlm. 179.
[26] Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali, 2011), hlm. 64.
[27] Ibid, hlm. 67-68.
[28] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 144.
[29] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 150.
[30] Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual: Merumuskan Paremeter-parameter Sains Islam, (Risalah Gusti: Surabaya, 1998), hlm. 5.
[31] Ali Mudlofir, Aplikasi Pengembangan Kurikulum…, hlm. 87-89.
[32] Zulfi Mubarok, Tafsir Jihad: Menyingkap Tabir Fenomena Terorisme Global, (Malang: UIN Malang Press, 2011), hlm. 319.
[33] Mukhlisul Fatih, Pengetahuan Islam Anak Muslim, (Yogyakarta: Oval, 2012), hlm. 114.[34] Ibid., hlm. 114.
[35] Ahmad al Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar Media, 2003), hlm. 156.
[36] Ibid., hlm. 174.
[37] Ibid., hlm. 218.
[38] M. Yahya Harun, Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa, (Yogyakarta: Bina Usaha, 1987), hlm. 4.
[39] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah islamiayah II, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2000), hlm. 76-79.
[40]Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 52.
[41]Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 6.
[42]Sugiyono, Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 320.
[43]Djam’an Syatori dan Aan Komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 105.
[44]Sugiyono, Metode Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D... hlm. 312.
[45]Rusdin Pohan, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007), hlm. 57.
[46]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), hlm. 183.
[47] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan… hlm. 221.
[48]Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif …hlm. 178.
[49] Mathew B. Miles dan Michael A Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj: Rohendi Rohidi, (Jakarta: UI Press, 1992), hlm. 16.
[50] Ibid., hlm. 17.
[51] Ibid., hlm. 18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar