BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam penulisan sejarah kebudayaan Islam hampir semua buku
menuliskan tentang peperangan.[1] Hal
ini dapat berdampak pada pembaca, karena dengan membaca seseorang akan
membangun persepsi-persepsi dalam dirinya. Buku-buku pelajaran sejarah kebudayaan
islam di sekolah juga tidak terlepas dari materi-materi tentang peperangan. Hal
ini jika tidak disikapi secara bijak oleh guru dan siswa, sangat mungkin
terjadi persepsi yang kurang tepat bahkan keliru. Contohnya persepsi siswa
terhadap Islam, bahwa Islam meluas dengan perang untuk merebut wilayah non
muslim.[2]
Kekeliruan-kekeliruan persepsi terhadap materi peperangan tersebut dapat
berakibat fatal pada pola pikir dan tindakan siswa, yang pada ujungnya dapat
menimbulkan pemikiran dan gerakan radikalisme dalam agama.
Kekeliruan terhadap pemaknaan peperangan dalam peradaban Islam diperparah
lagi dengan banyaknya buku-buku sejarah Islam yang ditulis oleh Barat, seperti Islam
And The West: A Historical Cultural Survey,[3] History
Of The Arabs,[4]
dan sebagainya. Para penulis Kristen abad pertengahan melukiskan
prajurit-prajurit Muslim dengan pedang di satu tangan dan Al Quran di tangan
lainnya.[5]
Islam disebut agama pedang, sebuah keyakinan yang meninggalkan spriritualitas
sejati dengan menyucikan kekerasan dan tak mengenal toleransi. Ini sebuah
bayangan tentang Islam yang diciptakan oleh Barat Kristen sejak abad
pertengahan.[6]
Usaha untuk memahamkan dan meluruskan sejarah peradaban Islam yang
sesungguhnya kepada generasi muda perlu dilakukan. Maka peran guru SKI sangat
besar dan penting, karena berawal dari merekalah generasi-generasi muda
sekarang dan yang akan datang (khususnya siswa-siswa di sekolah) mendapatkan
informasi tentang sejarah peradaban Islam. Informasi-informasi inilah yang akan
mempengaruhi perkembangan dan pola pikir siswa ke depannya. Sejarah Peradaban
Islam seyogyanya harus disampaikan semenarik mungkin. Belajar sejarah bukan
hanya berhenti pada menghafal tanggal, tokoh, dan tempat-tempat saja, melainkan
sejarah harus mampu direkonstruksikan ke konteks zaman sekarang.
Berdasarkan permasalahan di atas, penulis terdorong untuk meneliti
lebih lanjut bagaimana strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi
materi tentang peperangan dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta. Penulis memilih MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta karena didasarkan
pada informasi yang penulis peroleh bahwa pembelajaran SKI di MA Ali Maksum
Krapyak Yogyakarta sangat menyenangkan,[7]
selain itu keaktifan siswa untuk bertanya dalam pembelajaran sangat tinggi,
atau bisa dikatakan dalam pembelajaran siswa selalu kritis.[8]
Hal itu juga berlaku ketika sedang membahas materi tentang peperangan.
Pertanyaan-pertanyaan siswa yang kritis seperti ini harus dibarengi dengan
jawaban guru yang cerdas agar pemahaman siswa terhadap materi tidak keliru. Di sinilah
perlu perekonstruksian materi pembelajaran, dalam hal ini materi tentang peperangan
dalam peradaban Islam ke konteks zaman sekarang. Hal inilah yang menjadi alasan
penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana strategi guru SKI dalam
menyampaikan dan merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam
secara menarik di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1.
Mengapa
guru Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan materi tentang peperangan dalam
peradaban Islam dengan strategi yang menarik di MA Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta?
2.
Bagaimana
cara guru Sejarah Kebudayaan Islam merekonstruksi materi tentang peperangan
dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta?
3.
Apa
dampak bagi siswa ketika guru menyampaikan materi tentang peperangan dalam
peradaban Islam dengan strategi yang menarik di MA Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan
a.
Untuk
mengetahui alasan guru Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan materi tentang
peperangan dalam peradaban Islam dengan strategi yang menarik di MA Ali Maksum
Krapyak Yogyakarta.
b.
Untuk
mengetahui cara guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi
tentang peperangan dalam peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
c.
Untuk
mengetahui dampak bagi siswa ketika guru Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan
materi tentang peperangan dalam peradaban Islam dengan strategi yang menarik di
MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
2.
Kegunaan
Penelitian
a.
Secara
Teoritik
Diharapkan penelitian ini dapat menambah dan memperkaya khazanah
keilmuan bagi dunia pendidikan, khususnya tentang strategi guru Sejarah
Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban
Islam ke konteks kekinian.
b.
Secara
Praktis
1)
Bagi
penulis, untuk memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian tentang
permasalahan yang terjadi. Dalam hal ini tentang strategi guru Sejarah Kebudayaan
Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam.
2)
Bagi
sekolah, untuk memberikan masukan tentang strategi guru Sejarah Kebudayaan
Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam
sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan kedepannya.
3)
Hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk memudahkan
penelitian selanjutnya tentang strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam
merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam.
D.
Kajian Pustaka
Berdasarkan hasil penelusuran yang penulis lakukan, penelitian
penulis yang berjudul strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi
materi tentang peperangan dalam peradaban Islam belum ada yang mengkajinya.
Namun penulis menemukan beberapa karya berbentuk skripsi yang relevan dengan
penelitian yang penulis lakukan, antara lain:
1.
Skripsi
yang disusun oleh Aini Qolbiyati,[9]
jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2012, yang berjudul Keterampilan Guru Sejarah
Kebudayaan Islam Dalam Mengadakan Variasi Pembelajaran Di Madrasah Tsanawiyah
Sunan Kalijaga Serut, Gedangsari, Gunungkidul. Skripsi ini membahas tentang
proses dan variasi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang dilakukan oleh
guru SKI di MTs Sunan Kalijaga Serut, Gedangsari, Gunungkidul. Hasil
penelitiannya adalah: 1). Dalam pembelajaran SKI di MTs Sunan Kalijaga, guru
SKI telah menyelenggarakannya dengan memulai pembelajaran, mengelola kegiatan
pembelajaran, mengorganisasi waktu, siswa dan fasilitas belajar, melaksanakan
penilaian proses dan hasil belajar, serta mengakhiri pembelajaran. Secara
keseluruhan guru tersebut sudah mampu menyelenggarakan proses belajar mengajar
sesuai dengan beberapa indikator yang telah ditentukan. 2). Guru SKI di MTs
Sunan Kalijaga telah mengadakan variasi gaya mengajar pada setiap pembelajaran
yang diselenggarakannya. Sedangkan pada variasi media dan pola interaksi
kegiatan siswa, guru tidak selalu mengadakannya dalam pembelajaran yang
diselenggarakannya. Variasi gaya mengajar yang diadakan kurang maksimal dalam hal
kesenyapan atau kebisingan.
Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian
tersebut adalah penulis fokus pada materi pembelajarannya saja, khususnya
materi tentang peperangan, sedangkan pada penelitian tersebut lebih luas dan
kompleks, yaitu membahas tentang gaya mengajar guru, media, dan pola interaksi
siswa pada pembelajaran SKI secara global.
2.
Skripsi
yang disusun oleh Uni Khulsum,[10] jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta tahun 2014, yang berjudul Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Ibtidaiyah Al Huda Karangnongko
Sleman. Skripsi ini membahas tentang proses pembelajaran SKI, berbagai
upaya dan kendala yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar
SKI siswa Kelas V MI Al Huda Karangnongko Sleman. Hasilnya adalah: 1). Proses
pembelajaran sudah berjalan dengan baik, sebelum mengajar, guru sudah membuat silabus
dan RPP terlebih dahulu. 2). Upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar
diantaranya: menjelaskan tujuan belajar, membangkitkan minat siswa, menggunakan
metode yang bervariasi, menciptakan suasana senang dan nyaman belajar SKI,
serta menumbuhkan dan mengembangkan perasaan ingin tahu siswa. 3). Kendala yang
dihadapi guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa: kurangnya waktu,
kemampuan siswa yang berbeda-beda, masih adanya siswa yang tidak mengerjakan
PR, dsb.
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada pendekatan
penelitian, pada penelitian tersebut menggunakan pendekatan psikologis, artinya
pendekatan yang meliputi aspek kejiwaan siswa yang berkaitan dengan motivasi,
sedangkan pendekatan yang penulis lakukan adalah pendekatan etnografis.
3.
Skripsi
yang disusun oleh Fajar Itsnaini,[11]
jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2009, yang berjudul Upaya Guru Dalam Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Melalui Strategi Catatan
Terbimbing Dan Bermain Jawaban Kelas VIIB Di Masrasah Tsanawiyah Ma’had Islamy
Banguntapan Bantul. Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pembelajaran
SKI, keefektifan strategi catatan terbimbing dan bermain jawaban di Kelas VIIB
Di Masrasah Tsanawiyah Ma’had Islamy Banguntapan Bantul. Hasilnya adanya
peningkat guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, adanya
peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi
peningkatan kualitas pembelajaran SKI adalah: a). faktor guru, meliputi
kemampuan perencanaan dan proses pembelajaran. b). Faktor siswa, meliputi latar
belakang keluarga, lingkungan, dan intensitas belajar siswa. c). Faktor
lingkungan belajar, meliputi interaksi antar guru, interaksi antara guru dan
siswa dan interaksi antar siswa.
Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah, skripsi
ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas sedangkan penelitian penulis
termasuk kualitatif. Penelitian tersebut hanya fokus pada satu strategi saja,
sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih luas lagi yaitu berbagai
strategi yang digunakan oleh guru SKI.
4.
Skripsi
yang disusun oleh Nur Rohmah,[12]
jurusan Pendidikan Guru MI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta tahun 2011, yang berjudul Penerapan Strategi Puzzle
Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam Kelas IV MI Islamiyah Paren Ketangi Kaliangkrik Magelang. Skripsi
ini membahas tentang penerapan strategi puzzle dalam pembelajaran SKI
untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa. Hasilnya dengan penerapan
strategi puzzle motivasi siswa pada siklus I sebesar 82.27% dan pada
siklus II naik menjadi 84.17%. Sedangkan untuk aspek keaktifan siswa juga
mengalami peningkatan dari 60.84% pada siklus I menjadi 73.84%.
Perbedaan
penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian tersebut adalah pada jenis
dan pendekatan penelitiannya. Penelitian tersebut termasuk penelitian tindakan
kelas, bentuk penelitiannya kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dengan
guru. Pendekatan yang digunakan pendekatan psikologis. Sedangkan penelitian yang
penulis lakukan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan etnografis.
Penelitian tersebut fokus pada keefektifan strategi puzzle terhadap
motivasi dan keaktifan siswa, sedangkan penelitian penulis lebih kompleks dari
itu, bukan hanya fokus pada satu strategi saja, melainkan beberapa strategi
yang digunakan guru.
Dari empat
penelitian yang sudah pernah dilakukan di atas, terlihat jelas bahwa fokus
pembahasan penelitian tersebut berbeda dengan fokus pembahasan pada penelitian
yang penulis lakukan. Fokus pembahasan penelitian yang penulis lakukan adalah pada
strategi guru SKI dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam
peradaban Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta dan dampak bagi siswa
ketika guru menyampaikan materi tentang peperangan dalam peradaban Islam dengan
cara yang menarik di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
E.
Landasan Teori
1.
Pengertian Sejarah Kebudayaan
Islam
Sejarah adalah catatan yang
berhubungan dengan kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan dalam
laporan-laporan tertulis dan dalam ruang lingkup luas. Dalam pengertian
sederhana, sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia.[13]
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)
merupakan catatan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke
masa dalam beribadah, bermuamalah dan berakhlak serta dalam mengembangkan
sistem kehidupan atau menyebarkan ajaran Islam yang dilandasi oleh akidah.[14]
Sejarah Kebudayaan Islam di
Madrasah Aliyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang
asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam di masa lampau,
mulai dari dakwah Nabi Muhammad pada
periode Makkah dan periode Madinah, kepemimpinan umat setelah Rasulullah SAW wafat, sampai
perkembangan Islam periode klasik (zaman keemasan) pada tahun 650-1250 M, abad
pertengahan/ zaman kemunduran (1250-1800 M), dan masa modern/ zaman kebangkitan
(1800-sekarang), serta perkembangan Islam di
Indonesia dan di dunia. Secara substansial mata pelajaran Sejarah
Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta
didik untuk mengenal, memahami, menghayati Sejarah Kebudayaan Islam, yang
mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik.[15]
a.
Fungsi edukatif
Sejarah
menegaskan kepada peserta didik tentang keharusan menegakkan nilai, prinsip, sikap
hidup yang luhur dan islami dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
b.
Fungsi keilmuan
Melalui sejarah
peserta didik memperoleh pengetahuan yang memadai tentang masa lalu Islam dan
kebudayaannya.
c.
Fungsi transformasi
Sejarah
merupakan salah satu sumber
yang sangat penting dalam merancang
transformasi masyarakat.
Pendekatan
dalam Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam meliputi:[17]
a.
Keimanan, memberikan
peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan pemahaman adanya tuhan sebagai
sumber kehidupan makhluk hidup di jagat raya ini.
b.
Pengalaman, memberikan
peluang kepada peserta didik untuk mepraktekkan dan merasakan hasil-hasil
pengamalan ibadah dan akhlak dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah kehidupan
c.
Pembiasaan, memberikan
peluang kepada peserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku baik yang
sesuai dengan ajaran islam dan budaya bangsa dalam menghadapi kehidupan
d.
Rasional, usaha
memberikan peranan rasio (akal) siswa dalam memahami dan membedakan berbagai
bahan dalam standar materi serta kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk
dalam kehidupan duniawi
e.
Emosional, upaya menggugah
perasaan (emosi) siswa dalam menghayatiperilaku yang sesuai dengan ajaran agama
dan budaya bangsa
f.
Fungsional, menyajikan
bentuk semua standar materi (Al-qur’an, Hadist, Keimanan, Akhlak, Fiqih,
Tarikh), dari segi manfaatnya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari dalam arti
luas
g.
Keteladanan, yaitu
menjadikan fitur guru agama dan nonagama serta petugas madrasah lainya maupun
orang tua siswa, sebagai cermin manusia berkepribadian agama.
2.
Model Pembelajaran SKI
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan
lain-lain.[18]
Sebelum menentukan metode yang akan digunakan,
guru terlebih dahulu harus mengetahui tujuan pembelajaran SKI di Madrasah
Aliyah. Mata pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:[19]
a.
Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya
mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah
dibangun Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban
Islam.
b.
Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu
dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa
depan.
c.
Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.
d.
Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap
peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.
e.
Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ‘ibrah
dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh
berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, IPTEK, seni,
dan lain-lain untuk mengembangkan Kebudayaan dan peradaban Islam.
Banyak sekali model
pembelajaran yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran, di antaranya:
a.
Model pembelajaran inkuiri
Model pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis,
untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan.[20] Peran siswa dalam strategi ini
adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran; sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Model pembelajaran inkuiri banyak
dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini belajar pada
hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala
potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekedar
proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi bagaimana ilmu
pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk siswa melalui keterampilan
berpikir.
Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri:[21]
1) Orientasi
Langkah
orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
responsif. Guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran
yaitu guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.
2)
Merumuskan masalah
Merumuskan
masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu masalah atau persoalan
yang mengandung teka-teki. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin
dikaji karena masalah itu tentu ada jawabannya dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam
strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh
pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya pengembangan mental melalui
proses berpikir.
3)
Mengajukan hipotesis
Hipotesis
adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji dan perlu
diuji kebenarannya. Potensi berpikir siswa dimulai dari kemampuan setiap
individu untuk menebak atau menduga-duga (berhipotesis) dari suatu masalah.
Untuk mengembangkan kemampuan menebak pada diri anak, guru dapat mengajukan
beberapa pertanyaan yang mendorong siswa untuk merumuskan jawaban sementara
(hipotesis). Perkiraan sebagian hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi
harus memiliki landasan berpikir yang kokoh yang bersifat rasional dan logis.
4)
Mengumpulkan data
Mengumpulkan
data adalah aktivitas menyaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan. Mengumpulkan data merupakan proses yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual. Tugas dan peran guru yaitu mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi
yang dibutuhkan.
5)
Menguji hipotesis
Menguji
hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan
data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang
terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas
jawaban yang diberikan, menguji hipotesis berarti juga mengembangkan kemampuan
berpikir rasional yaitu kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya
berdasarkan argumentasi tetapi didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6)
Merumuskan kesimpulan
Merumuskan
kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan
hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru
mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.
b.
Model pembelajaran konstruktivisme
Model
pembelajaran kontruktivisme adalah
salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam
proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik
kognitif. Situasi konflik atau anomali yang membuat orang dipaksa untuk
berfikir lebih mendalam, serta situasi yang menuntut orang untuk membela diri
dan menjelaskan lebih rinci, akan mengembangkan pengetahuan seseorang.[22]
Pengetahuan merupakan hasil konstruksi dari orang
yang sedang belajar, maksudnya setiap orang membentuk pengetahuannya sendiri.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada di sana dan tinggal mengambilnya,
tetapi merupakan suatu bentukan terus-menerus dari orang yang belajar dengan setiap kali mengadakan
reorganisasi karena adanya pemahaman yang baru.[23]
Langkah-langkah
model pembelajaran konstruktivisme:
1)
Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan
awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang fenomena yang sering
ditemui sehari-hari dengan mengkaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi
kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahamannya tentang
konsep itu.
2)
Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, dan penginterpretasian
data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Secara berkelompok
didiskusikan dengan kelompok lain. Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi
rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya.
3)
Siswa memberikan penjelasan dan solusi yang
didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan guru, maka siswa
membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Hal ini
menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang konsepnya.
4)
Guru berusaha menciptakan iklim pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik
melalui kegiatan atau pemunculan dan pemecahan masalah-masalah yang berkaitan
dengan isu-isu di lingkungannya.
c.
Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Pembelajaran ini merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya
terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen,[24]sehingga dapat mewujudkan
pemahaman bersama antara peserta didik itu sendiri.
Tujuan pembelajaran kooperatif diantaranya
adalah:
1)
Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik. Model ini memiliki keunggulan dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit.
2)
Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai perbedaan latar belakang.
3)
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, berbagi
tugas, aktif brtanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk
bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif:[25]
1)
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
2)
Menyampaikan
informasi
3)
Mengorganisasi
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
4)
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
5)
Evaluasi
6)
Memberikan
penghargaan
d.
Model
Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based
Learning atau pembelajaran berbasis
masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah.[26]
Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif,
kolaboratif, berpusat kepada peserta
didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar
mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam
lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini. Pembelajaran Berbasis Masalah
dapat pula dimulai dengan melakukan kerja kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan
permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator
(guru).
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah:[27]
a. Merumuskan masalah
b. Menganalisis masalah
c. Merumuskan hipotesis
d. Mengumpulkan data
e. Pengujian hipotesis
f. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.
e.
Model
Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran Project Based Learning atau pembelajaran
berbasis proyek adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada
guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek.[28]
Pembelajaran
berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang komperehensif di
mana lingkungan belajar siswa perlu didesain agar siswa dapat melakukan
penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik, termasuk pendalaman materi pada
suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Biasanya
pembelajaran berbasis proyek memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi,
tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok
kolaboratif. Proyek memfokuskan
pada pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum
siswa melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka,
melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis
informasi.
Langkah-langkah atau sintaks nya adalah sebagai
berikut:
a.
Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek
b.
Mendesain perencanaan proyek, menyusun
perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
c.
Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari
sebuah proyek.
d.
Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
e.
Menguji hasil, fakta dan data dihubungkan
dengan berbagai data lain.
f.
Mengevaluasi kegiatan/pengalaman, mengevaluasi
kegiatan sebagai acuan perbaikan untuk tugas proyek pada mata pelajaran yang
sama atau mata pelajaran lain.
3.
Indikator Pembelajaran Menarik dan Menyenangkan
Ada sejumlah kriteria, pembelajaran dikatakan menarik dan
menyenangkan, diantaranya yaitu:[29]
1.
Novelty, artinya
suatu pesan akan bermakna apabila ia bersifat baru atau mutakhir. Pesan yang
usang atau sudah terlalu diketahui siswa akan mempengaruhi rendahnya motivasi
siswa itu sendiri terhadap pembelajaran. Dalam konteks materi pembelajaran SKI,
materi pembelajaran harus selalu up to date dengan wacana
kesejarahan saat ini. Penjabaran materi SKI yang terlalu banyak menyuguhkan
tanggal dan tahun menjadi tidak up to date ketika standar isi
dan standar kompetensi lulusan mata pelajaran SKI berupa ibrah atau
meneladani dan mengapresiasi keberhasailan aktor sejarah untuk kemajuan
peradaban masa kini dan masa mendatang.
2.
Proximity,
artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan pengalaman siswa. Pesan yang
terlalu jauh dari pengalaman siswa cenderung kurang mereka perhatikan.
Bagaimana dengan materi SKI yang penuh dengan cerita masa lalu? Supaya tidak
terlalu jauh dari pengalaman siswa, dalam materi pembelajaran SKI, peristiwa
historis perlu didekatkan dengan visualisasi yang menarik dan kongkrit.
3.
Conflict, artinya
pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian rupa sehingga menggugah
emosi. Dalam SKI materi bisa dikemas untuk menggugah emosi. Rubrik-rubrik
cerita yang inspiratif bisa dijadikan contoh dalam hal ini.
4.
Humor, artinya
pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas dengan tampilan yang lucu untuk
menarik perhatian siswa. Dalam konteks ini materi SKI bisa saja dikemas
berbentuk komik yang menarik dan edukatif. Siswa senang membaca komik. Hanya
sayangnya belum tersedia komik SKI yang representative untuk mewujudkan materi
yang menarik ini.
4.
Strategi Merekonstruksi Materi SKI
Rekonstruksi peradaban berarti
membangun kembali peradaban Islam dalam pengertian, bahwa Islam bukan hanya
dipandang sebagai agama saja, atau pun sistem etika dan politik saja, tapi
Islam sebagai peradaban. Pengertian Islam sebagai peradaban bukan dengan
melihat Islam sebagai peradaban historik sebagaimana yang dilakukan sebagian
umat Islam sebagai romantisme, tetapi sebagai peradaban kontemporer, bahkan
peradaban masa depan.[30]
Langkah merekonstruksi materi SKI diantaranya:[31]
a.
Konstruktivisme, siswa diminta mengkaji
permasalahan sosial yang sedang terjadi dan mencari landasan teks yang
mendukungnya.
b.
Bertanya, setelah siswa mampu mengkonstruksi
pemahamannya lewat pemahaman teks, guru memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
c.
Inkuiri, siswa didorong untuk mampu merumuskan
masalah.
d.
Masyarakat belajar, siswa dibagi dalam beberapa
kelompok, dengan kelompok tersebut akan terjadi interaksi antar siswa maupun
siswa dengan guru.
e.
Modeling, guru bukan satu-satunya model , karena
model dapat dirancang dengan melibatkan siswa sendiri.
f.
Merefleksi.
5.
Materi Peperangan di Madrasah Aliyah
Materi-materi peperangan dalam peradaban Islam di Madrasah Aliyah
diantaranya adalah:
a.
Perang Badar (17 Ramadan 2 H / 623 H)
Perang Badar terjadi di Lembah Badar, 125 km selatan Madinah.
Perang Badar merupakan puncak pertikaian antara kaum muslim Madinah dan
musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini disebabkan oleh tindakan pengusiran dan
perampasan harta kaum muslim yang dilakukan oleh musyrikin Quraisy. Selanjutnya
kaum Quraisy terus menerus berupaya menghancurkan kaum muslim agar perniagaan
dan sesembahan mereka terjamin. Dalam peperangan ini kaum muslim memenangkan
pertempuran dengan gemilang.
b.
Perang Uhud (3 H / 624 M)
Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud. Perang Uhud dilatarbelakangi
kekalahan kaum Quraisy pada Perang Badar sehingga timbul keinginan untuk
membalas dendam kepada kaum muslim. Perang Uhud dimulai dengan perang tanding
yang dimenangkan tentara Islam tetapi kemenangan tersebut digagalkan oleh
godaan harta, yakni prajurit Islam sibut memungut harta rampasan. Pasukan
Khalid bin Walid memanfaatkan keadaan ini dan menyerang balik tentara Islam.
Tentara Islam menjadi terjepit dan porak-poranda. Nabi SAW terkena lemparan batu
dan tak sadarkan diri, kemudian tersiar kabar burung bahwa Nabi telah
meninggal. Kemudian pasukan kafir pulang karena merasa telah puas membalas
kekalahan mereka pada perang Badar.[32]
c.
Perang Khandaq (Syawal 5 H)
Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian utara.
Perang ini juga dikenal sebagai Perang Ahzab (Perang Gabungan). Perang Khandaq
melibatkan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi Muhammad SAW.
Salman al-Farisi, sahabat Nabi SAW yang mempunyai banyak pengalaman tentang
seluk beluk perang, mengusulkan untuk membangun sistem pertahanan parit
(Khandaq). Ia menyarankan agar menggali parit di perbatasan kota Madinah,
dengan demikian gerakan pasukan musuh akan terhambat oleh parit tersebut.[33]
Usaha ini ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.
d.
Perang Mu’tah (8 H / 629 M)
Perang ini terjadi karena Haris al-Ghassani raja Hirah, menolak
penyampaian wahyu dan ajakan masuk Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Penolakan ini disampaikan dengan cara membunuh utusan Nabi SAW.[34]
Nabi SAW kemudian mengirimkan pasukan perang di bawah pimpinan Zaid bin
Harisah.
e.
Penaklukan Kota Mekah/Fath al-Makkah (8
H/ 629 M)
Fath al-Makkah terjadi di
sekitar kota Mekah. Latar belakang peristiwa ini adalah adanya anggapan kaum
Quraisy bahwa kekuatan kaum muslim telah hancur akibat kalah perang di Mu’tah.
Kaum Quraisy beranggapan Perjanjian Hudaibiyah (6 H) tidak penting lagi, maka
mereka mengingkarinya dan menyerang Bani Khuza’ah yang berada dibawa
perlindungan kaum muslim. Nabi Muhammad SAW segera memerintahkan pasukan
muslimin untuk menghukum kaum Quraisy. Pasukan muslimin tidak mendapat
perlawanan yang berarti, kecuali dari kaum Quraisy yang dipimpin Ikrimah dan
Safwan. Berhala di kota Mekah dihancurkan dan akhirnya banyak kaum Quraisy
masuk Islam.
f.
Perang Hunain (8 H/ 629 M)
Perang Hunain berlangsung antara kaum muslim melawan kaum Quraisy
yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, Bani Nasr dan Bani Jusyam. Perang
ini terjadi di Lembah Hunain, sekitar 70 km dari Mekah. Perang Hunain merupakan
balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fath al-Makkah. Pada awalnya
pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan Islam sehingga banyak pasukan
Islam yang gugur. Nabi SAW kemudian menyemangati pasukannya dan memimpin
langsung peperangan. Pasukan muslim akhirnya dapat memenangkan pertempuran
tersebut.
g. Perang
Tha’if (8 H / 629 M)
Pasukan muslim mengejar sisa pasukan Quraisy, yang melarikan diri dari
Hunain, sampai di kota Tha’if. Pasukan Quraisy bersembunyi dalam benteng kota
yang kokoh sehingga pasukan muslimin tidak dapat menembus benteng. Nabi
Muhammad SAW mengubah taktik perangnya dengan memblokade seluruh wilayah
Tha’if. Pasukan muslimin kemudian membakar ladang anggur yang merupakan sumber
daya alam utama penduduk Tha’if. Penduduk Tha’if pada akhirnya menyerah dan
menyatakan bergabung dengan pasukan Islam.
h.
Perang
Yarmuk (13 H/634 M)
Tatkala Umar memangku khilafah, kaum muslimin (berjumlah 24.000)
berada di bawah panglima perang Khalid bin Walid sedang berperang melawan
pasukan Romawi (lebih dari 200.000 personel). Meletuslah peperangan yang
demikian sengit dimana Alloh menggoyangkan pasukan musuh dan kafir. Orang-orang
Romawi melarikan diri dan dikejar oleh kaum muslimin. Mereka bethasil
memperoleh rampasan perang dalam jumlah besar pada perang ini.[35]
i.
Perang
Dzatus Sawari (31 H/ 651 M)
Perang ini merupakan perang laut pertama kali yang dilakukan
pertama kali oleh kaum muslimin. Di masa pemerintah Utsman, kaum muslimin telah
memiliki pasukan laut. Pasukan Islam berhadapan dengan pasukan Romawi di Pantai
Kilikiya. Pasukan Islam dipimpin oleh Abdullah bin Abu Sarah yang diutus oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan. Pasukan Romawi mengalami kekalahan telak, panglimanya
yang bernama Kaisar Konstantin terbunuh.
j.
Perang
Jamal (36 H/ 656 M)
Muawiyah bin Abu Sufyan, Gubernur Syam, tidak membaiat Ali sebagai
khalifah. Dia menuntut darah Utsman pada Ali. Sedangkan Ali tidak menjadikan
masalah ini sebagai prioritas karena kondisinya yang masih sangat labil. Oleh
karenanya orang-orang Syam tidak taat lagi pada kekhilafahan Ali dan Muawiyah
menyatakan memisahkan diri dari kekhilafahannya. Maka Ali segera menetapkan
untuk memeranginya.[36]
k.
Perang
Shiffin (37 H/ 657 M)
Perang ini terjadi antara Ali dan Muawiyah. Delegasi yang diutus
antara Ali dan Muawiyah semuanya tidak menghasilkan apa-apa hingga akhirnya
keduanya menempatkan pasukannya di Shiffin. Perangpun segera berkecamuk dan
banyak yang terbunuh di kedua belah pihak. Hampir saja Ali menang dalam
peperangan ini.
l.
Perang
Nahrawand (38 H/ 658 M)
Khawarij adalah pasukan yang berada di pihak Ali bin Abi Thalib.
Mereka malah melakukan pemberontakan kepada Ali setelah terjadinya arbitrase
dan mencopotnya dari kekuasaannya dengan alas an bahwa ia menerima tahkim.
Anehnya kebanyakan dari mereka telah mendesak Ali untuk menerima tahkim itu.
Namun setelah itu meminta kepada Ali untuk memerangi Muawiyah kembali. Tentu
saja Ali menolak permintaan mereka dan merekapun menyingkir ke kawasan Harura
dan terus melancarkan perang.
m.
Perang
Zab (132 H/ 749 M)
Saffah memberangkatkan pasukannya untuk memerangi Marwan bin
Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah yang saat itu bersama dengan
tentaranya berada di Zab, sebuah kawasan dekat Mosul. Marwan dikalahkan dalam
perang ini dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain hingga akhirnya
berhasil dibunuh oleh pasukan Abbasiyah pada tahun 132 H/ 749 M. Dengan
demikian, semua wilayah pemerintahan berada di bawah kendali Bani Abbasiyah
kecuali Andalusia.[37]
n.
Perang
Salib (491-692 H/ 1097-1292 M)
Perang Salib
adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim. Serangan ke
Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13 dengan
tujuan untuk merebut tanah suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan
gereja dan Kerajaan Latin di Timur.[38]
Kekalahan
tentara Romawi telah menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang
Kristen terhadap umat Islam. Kebencian itu bertambah setelah Dinasti Saljuk
yang menguasai Baitul Maqdis menerapkan beberapa peraturan yang dirasakan
sangat menyulitkan orang-orang Kristen yang ingin berziarah kesana. Oleh karena
itu pada tahun 1095, Paus Urbanus II menyerukan kepada umat Kristen Eropa untuk
melakukan perang suci, yang kemudian dikenal dengan nama Perang Salib.
Perang Salib
yang berlangsung dalam beberapa gelombang atau periode telah banyak menelan
korban dan menguasai beberapa wilayah Islam. Setelah melakukan peperangan
antara tahun 1097-1124 mereka berhasil menguasai Nicea, Edessa, Baitul Maqdis,
Akka, Tripoli dan kota Tyre.[39]
o.
Perang
Hittin (583 H/ 1187 M)
Perang ini merupakan salah satu perang yang paling masyhur dalam
sejarah dunia. Perang ini dilakukan untuk mengambil kembali Baitul Maqdis yang
telah dikuasasi oleh orang-orang Kristen Eropa tahun 492 H/ 1099 M. Perang ini
dipimpin oleh Shalahuddin Al Ayyubi, salah satu panglima dan pahlawan Islam
terbesar sepanjang sejarah. Dia berhasil mengembalikan Baitul Maqdis dari
tangan Kristen Eropa.
p.
Penaklukan
Konstantinopel (857 H/ 1453 M)
Konstantinopel adalah ibukota Kekaisaran Byzantium. Kota yang
memiliki peradaban hebat pada masanya. Penaklukan ini merupakan salah satu
penaklukan terbesar yang dilakukan kaum muslim, setelah 8 abad kaum muslimin
gagal untuk menaklukan kota tersebut. Dan akhirnya berhasil di taklukan kaum
muslim dibawah panglima perang Muhammad Al Fatih.
F.
Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan
pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar,
pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang
dihadapi.[40]
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif (qualitative
research). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Deskripsi ini digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang
mengarah pada kesimpulan. Metode penelitian ini merupakan metode penelitian
lapangan (field research). Dikarenakan penelitian ini merupakan
penelitian lapangan, maka pengumpulan datanya merupakan telaah atau kajian
terhadap observasi, wawancara, dan dokumen yang berupa data sekunder yang
kemudian dianalisis teori yang ada.[41]
2.
Penentuan Sumber Data
Sumber data adalah tempat memperoleh keterangan. Sumber data dalam
penelitian ini adalah informan yang akan dimintai informasinya tentang objek
yang akan diteliti. Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber
data dengan pertimbangan tertentu. pertimbangan tertentu ini misalnya orang
tersebut dianggap sebagai penguasa sehingga akan mempermudah peneliti
menjelajahi objek yang diteliti.[42] Dalam
penelitian ini, adapun yang dijadikan sebagai informan adalah:
a.
3
guru SKI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
b.
Siswa
kelas X dan XI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Sumber data di atas digunakan penulis sebagai sumber jawaban atas
pokok persoalan atau objek penelitian yang akan diteliti atau dianalisa. Objek
penelitian dalam penelitian ini adalah strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam
dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam. Lokasi
yang dijadikan penulis untuk melakukan penelitian adalah MA Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta.
3.
Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang relevan dalam penelitian ini, maka
digunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti baik
secara langsung maupun tidak langsung, untuk memperoleh data yang harus
dikumpulkan dalam penelitian.[43]
Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi pasif yaitu peneliti ikut
hadir dalam kegiatan, akan tetapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.[44]
Metode ini digunakan untuk mendapatkan gambaran serta membuktikan data hasil
wawancara dengan realita terkait bagaimana strategi guru Sejarah Kebudayaan
Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban Islam di
MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Dengan observasi partisipan ini maka data
yang akan diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai dengan mengetahui
pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Hasil observasi dituangkan
dalam lembar catatan lapangan.
b. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan informasi yang
dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara langsung maupun tidak
langsung.[45]
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu
pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan.[46]
Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan informasi secara
langsung dari guru Sejarah Kebudayaan Islam terkait dengan cara perekonstruksian
materi tentang peperangan dalam peradaban Islam, alasan guru menyampaikan
materi peperangan dengan strategi yang menarik, serta dampak penerapan strategi
yang menarik tersebut terhadap siswa. Selain itu, metode ini juga untuk mencari
data dari siswa terkait strategi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi
materi tentang peperangan dalam Peradaban Islam. Adapun yang dijadikan sebagai
informan adalah:
a.
3 guru
SKI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Tabel
1
Nama
Informan dari Guru
No
|
Nama Guru
|
Mengajar Kelas
|
1.
|
Ahmad Fauzi, S.Th.I
|
X
|
2.
|
Drs. Marwan Hamid
|
XI
|
3.
|
Ridwanul Mustofa, M.S.I
|
XII
|
b.
3 siswa
kelas X dan 4 siswa kelas XI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta.
Tabel
2
Nama
Informan dari Siswa
No
|
Nama Siswa
|
Kelas
|
1.
|
Akhmad
Sobri Zaeni
|
X
IPS A
|
2.
|
Krisna
Satria
|
X
IPS A
|
3.
|
Akhmad
Alfan Nur Huda
|
X
IPS A
|
c.
Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik.[47]
Dokumentasi yang penulis lakukan adalah dokumentasi sumber belajar,
materi, silabus, dan RPP. Selain itu juga dokumentasi dari madrasah terkait data
guru, kurikulum, dsb. Dengan metode ini penulis memperoleh data-data mengenai
gambaran umum MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, gambaran kegiatan pembelajaran
kelas, silabus, dan RPP SKI.
d.
Triangulasi
Data
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah
diperoleh. Penggunaan triangulasi yang dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan
data sekaligus menguji kredibilitas data, atau mengecek data dengan berbagai
teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi yang akan
digunakan adalah triangulasi sumber. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat
dicapai melalui:
1)
Membandingkan
data hasil pengamatan/ observasi dengan hasil wawancara.
2)
Membandingkan
apa yang dikatakan guru di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
3)
Membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
lain.
4)
Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.[48]
4.
Metode Analisis Data
Adapun analisis data kualitatif yang penulis gunakan adalah seperti
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, yaitu meliputi empat kegiatan utama,
yaitu:
1)
Pengumpulan
data
Untuk pengambilan data dari lapangan yang dilakukan melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi.
2)
Reduksi
Data (Data Reduction)
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data yang muncul
dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.[49]
3)
Penyajian
Data (Data Display)
Merupakan penyajian sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.[50]
Dimana semua data di lapangan yang berupa dokumen hasil wawancara memunculkan
deskripsi tentang permasalahan yang diteliti.
4)
Penarikan
Kesimpulan / Verifikasi
Penarikan kesimpulan dalam pandangan ini merupakan kegiatan
penggambaran yang utuh dari objek yang diteliti atau konfigurasi yang utuh dari
objek penelitian. Proses penarikan kesimpulan didasarkan pada gabungan
informasi yang tersusun dalam bentuk penyajian data tersebut. Penulis dapat
melihat apa yang ditelitinya dan menentukan kesimpulan yang benar mengenai
objek penelitian.[51]
G.
Sistematika Pembahasan
Sistematika
pembahasan di dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari halaman
judul, halam surat pernyataan, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar
isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran. Bagian ini merupakan
persyaratan admisintrasi dalam sebuah laporan penelitian atau skripsi. Bagian
ini memberikan gambaran umum penelitian yang penulis lakukan, dan juga lebih
memudahkan pembaca untuk membaca dan memahami penelitian yang penulis lakukan.
Bagian tengah
merupakan isi dari skripsi ini. Pada bagian ini terdiri dari empat bab yang
berisi sebagai berikut:
Bab I adalah
pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, kajian pustaka yang terdiri dari telaah pustaka dan landasan teori,
metode penelitian, serta sistematika pembahasan. Bab ini menjelaskan gambaran
umum tentang penelitian yang dilakukan.
Bab II berisi tentang
letak geografis, sejarah berdirinya, proses perkembangan, visi, misi, motto,
tujuan sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, siswa, kurikulum, serta
sarana dan prasarana yang ada di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Data-data
tersebut sangat membantu penulis untuk pertimbangan analisis pada bab III.
Bab III
berisikan tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang strategi guru Sejarah
Kebudayaan Islam dalam merekonstruksi materi tentang peperangan dalam peradaban
Islam di MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, dan dampak bagi siswa ketika guru
Sejarah Kebudayaan Islam menyampaikan materi tentang peperangan dalam peradaban
Islam dengan strategi yang menarik. Bab ini merupakan analisis dari data yang
telah penulis kumpulkan dengan disertai pertimbangan berbagai teori dan
metodologi yang telah dijelaskan dalam bab I dan berbagai data tentang gambaran
sekolah pada bab II.
Bab IV penutup
yang meliputi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, disertai saran
dan kata penutup. Pada bab terakhir ini disajikan secara ringkas hasil analisis
yang telah dibahas secara detail pada bab III.
Bagian terakhir
berisi tentang perlengkapan dalam skripsi ini. Bagian ini berisi daftar pustaka
dan lampiran-lampiran.
[1]Al Waqidi, Kitab
Al Maghazi Muhammad: Sumber Sejarah Paling Tua Tentang Kisah Hidup Rasulullah,
(Jakarta: Zaytuna, 2012); W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian Kritis
dari Tokoh Orientalis, terj: Hartono Hadikusumo, (Yogyakarta: Tiara Wacana,
1990).
[2] Hasil
wawancara dengan Nilna Fauziyah, siswa kelas XI IPA B MA Ali Maksum Krapyak
Yogykarta pada Hari Selasa, 1 Maret 2016 pukul 11.45 WIB.
[3] Philip K.
Hitti, Islam And The West: A Historical Cultural Survey, terj: H.M.J.
Irawan, (Bandung: Sinar Baru, 1984).
[4] Philip K.
Hitti, History Of The Arabs, terj: Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riyadi, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008).
[5] Akbar S.
Ahmed, Rekonstruksi Sejarah Islam: Di Tengah Pluralitas Agama dan Peradaban,
terj: Amru Nst, (Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2003), hlm. 90.
[6] Karen
Armstrong, Muhammad Sang Nabi: Sebuah Biografi Kritis, terj: Sirikit
Syah, (Surabaya: Risalah Gusti, 2011), hlm. 231.
[7] Laila
Sangadah, “Laporan Observasi SKI MA Ali Maksum Krapyak Yogyakarta”, dalam http://leyla09-leylasaadah.blogspot.co.id/2012/01/laporan-observasi-ski.html, diakses tanggal
28 Februari 2016.
[8] Hasil wawancara
dengan Bpk. Ahmad Fauzi, S.Th.I, salah satu guru SKI di MA Ali Maksum Krapyak
Yogyakarta pada Hari Selasa, 1 Maret 2016 pukul 11.15 WIB.
[9] Aini
Qolbiyati, “Keterampilan Guru Sejarah Kebudayaan Islam Dalam Mengadakan Variasi
Pembelajaran di MTs Sunan Kalijaga Serut, Gedangsari, Gunungkidul”, Skripsi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2012.
[10] Uni Khulsum,
“Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Sejarah Kebudayaan Islam
Madrasah Intidaiyah Al Huda Karangnongko Sleman”, Skripsi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
[11] Fajar
Itsnaini, “Upaya Guru Dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam (SKI) Melalui Strategi Catatan Terbimbing Dan Bermain Jawaban
Kelas VIIB Di Masrasah Tsanawiyah Ma’had Islamy Banguntapan Bantul”. Skripsi,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
[12] Nur Rohmah,
“Penerapan Strategi Puzzle Untuk Meningkatkan Motivasi dan Keaktifan Siswa
Dalam Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam Kelas IV MI Islamiyah Paren Ketangi
Kaliangkrik Magelang”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.
[13] Dudung
Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 3
[16] Departemen
Agama RI, Pedoman Khusus Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Agama RI, 2004), hlm. 2.
[17] Ibid.,
hlm. 7.
[18] Trianto, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta, Kencana: 2011),
hlm 22.
[19] Lampiran PMA
No 165 tahun 2014, hlm. 51.
[20] Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana,
2010), hlm. 195.
[21] Sutarjo
Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter: Kontruktivisme dan VCT sebagai
Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif, (Jakarta: Rajawali Press, 2013),
hlm. 104.
[22] Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran, (Bandung: Rosdakarya, 2013), hlm. 115.
[23] Sutarjo
Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter…, hlm. 161.
[24] Abdul Majid, Strategi
Pembelajaran…, hlm. 174.
[25] Ibid.,
hlm. 179.
[26] Ali Mudlofir, Aplikasi
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali, 2011), hlm. 64.
[27] Ibid,
hlm. 67-68.
[28] Made Wena, Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hlm. 144.
[29] Wina Sanjaya, Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 150.
[30] Ziauddin Sardar, Jihad Intelektual: Merumuskan
Paremeter-parameter Sains Islam, (Risalah Gusti: Surabaya, 1998), hlm. 5.
[31]
Ali Mudlofir, Aplikasi
Pengembangan Kurikulum…, hlm. 87-89.
[32] Zulfi Mubarok,
Tafsir Jihad: Menyingkap Tabir Fenomena Terorisme Global, (Malang: UIN
Malang Press, 2011), hlm. 319.
[35] Ahmad al
Usairy, Sejarah Islam: Sejak Nabi Adam Hingga Abad XX, (Jakarta: Akbar
Media, 2003), hlm. 156.
[36] Ibid.,
hlm. 174.
[37] Ibid.,
hlm. 218.
[38] M. Yahya
Harun, Perang Salib dan Pengaruh Islam di Eropa, (Yogyakarta: Bina
Usaha, 1987), hlm. 4.
[39] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah
islamiayah II, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2000), hlm. 76-79.
[40]Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), hlm. 52.
[41]Lexy J.
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 6.
[42]Sugiyono, Metode
Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm. 320.
[43]Djam’an Syatori
dan Aan Komariyah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2009), hlm. 105.
[44]Sugiyono, Metode
Penelitian: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D... hlm. 312.
[45]Rusdin Pohan, Metodologi
Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Lanarka, 2007), hlm. 57.
[46]Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1992), hlm. 183.
[47] Nana Syaodih
Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan… hlm. 221.
[48]Lexy J.
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif …hlm. 178.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar